32

6K 608 20
                                    

"Janinnya tidak ada masalah, asal ibunya jangan sampai stres

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Janinnya tidak ada masalah, asal ibunya jangan sampai stres. Ini saya beri resep vitamin."

Mingyu mengambil selembar kertas berisi resep. Heejin masih tertidur di atas ranjang rumah sakit di UGD. Dia benar-benar hamil tapi Mingyu yakin dia tidak menghamili wanita itu.

Ya Tuhan. Dia melupakan Naya dan Aery.

Beruntung dia sedang berada di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit tempat Naya kemoterapi. Hanya perlu berpindah lantai Mingyu langsung bisa mencari keberadaan kedua orang yang paling penting dalam hidupnya.

"Aery, Naya." Panggil Mingyu saat memasuki ruang rawat inap Naya. Pria itu terkejut, tidak ada Aery disana. Hanya ada Jisung dan Siera yang sedang mengajak bermain Naya.

"Bang, kenapa? Kok kayak habis di kejar setan begitu?" tanya Jisung. Mingyu menghampiri Naya dan segera menanyakan keberadaan Aery.

"Bunda bilang tadi mau ke toilet tapi sampe sekarang dia gak balik lagi. Tapi ada Om Icung sama Kak Siera. Emangnya Bunda kemana Ayah?"

Mingyu terdiam. Otaknya benar-benar kacau saat ini juga. Dia kehilangan arah, kemana perginya Aery?

"Dia bilang lagi ada urusan. Tapi Icung gak tau kemana, dia cuman nitipin Naya doang ke Icung."

Pria itu berpikir keras, kemana perginya sang istri. Dia sudah sangat bersalah kepadanya. Maka dia juga harus bertanggung jawab dan menjelaskan semuanya.

"Nitip Naya, saya mau mencari Aery."

Mingyu berlari menuju parkiran, di dalam kepalanya hanya ada dua kemungkinan. Aery pergi ke rumah Yuri atau Liora, atau Aery pergi ke rumah Guanlin.

Entah mengapa tiba-tiba saja tercetus nama Guanlin saat Mingyu memikirkan Aery. Tapi Mingyu harus menemui teman Aery satu persatu jika itu perlu.

Mingyu melajukan mobilnya seperti orang kesurupan. Dia sampai di depan rumah Yuri, dan langsung mengetuk pintunya. Berharap Awry ada di dalam sana.

"Loh, pak Mingyu kenapa?"

"Aery kesini gak?"

Yuri mengerutkan keningnya, "enggak. Emangnya dia kemana?"

Tanpa membuang waktu lagi, Mingyu langsung pergi dari sana menuju rumah Liora. Yuri menatap kepergian Mingyu yang janggal, dia langsung mengambil jaket dan pergi menuju rumah Liora menyusul Mingyu. Pasti ada sesuatu yang salah antara mereka berdua. Sampai Aery tidak memberitahu dirinya.

Mingyu sampai di rumah Liora, dia melakukan hal yang serupa saat di rumah Yuri.

"Pak Mingyu? Perlu apa yah?"

"Aery kesini gak?"

Gelengan kepala Liora membuat Mingyu hampir putus asa. Dia terduduk di atas lantai rumah Liora membuat Liora terkejut bukan main, terlebih lagi saat Yuri datang menghampiri mereka.

"Pak, saya bukan mau ikut campur urusan rumah tangga Aery dan bapak. Tapi saya sudah yakin kalau kalian tidak sedang dalam situasi yang baik-baik saja."

Mingyu mendongak, menatap Yuri yang tengah menahan amarah. Kalau saja pria itu bukan suami dari sahabatnya mungkin Yuri sudah merobek wajah Mingyu saat itu juga.

"Kamu tau dimana Aery?"

"Saya gak tau, tapi saya bisa bantu bapak cari dia. Nomor ponselnya tidak aktif, saya udah nanya ke temen-temen yang lain dan mereka bilang gak tau."

Liora tidak mengerti tentang situasi saat ini. Dia seperti orang bodoh yang terjebak dengan dua orang yang sedang berambisi.

"Kalau begitu kalian naik mobil saya. Kita cari sama-sama."

Yuri memberi kode untuk mengikuti kemauan Mingyu, mereka menurut saja karena mereka juga khawatir akan keberadaan dan keselamatan Aery. Liora dan Yuri masuk ke dalam mobil setelah menitipkan motor Yuri di rumah Liora.

"Kita kemana sekarang?" tanya Liora.

"Saya gak yakin, cuman kita harus pergi ke tempat Guanlin."

***

"Maaf gue mgerepotin lo. Gue pamit dulu yah, kalo ada Mas Mingyu bilang aja lo gak tau." Titah Aery.

"Lo mau kemana emangnya?"

Aery tidak menjawab. Dia hanya berjalan meninggalkan apartemen Guanlin.

Wanita itu pergi ke sebuah tempat. Tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya. Berdasarkan informasi yang dia dapat, seharusnya Aery datang ke tempat yang tepat. Cuaca hari ini berawan, tidak terlalu cerah namun masih terasa hangat.

Tidak seperti cuaca hatinya yang sedang hancur dilanda badai dan topan besar.

"Aku tidak pernah terpikir akan sampai ke tempat ini."

Aery kembali meneteskan air matanya, dia hanya perlu ketenangan. Aery menyimpan bunga di samping batu nisan berukir nama Hwang Miyeon. Aery tidak tau seperti apa rupa dan kepribadian Miyeon. Namun yang dia ketahui, wanita itu sangat baik hati sampai akhirnya terkena depresi dan meninggal. Aery sama sekali tidak tau bagaimana hal itu bisa terjadi.

"Apa Mingyu memang seperti itu dari dulu?"

Aery mulai berdialog sendiri. "Aku gak tau harus kayak gimana lagi, aku mencintainya tapi dia menghianatiku."

Hembusan angis yang menerpa kulitnya begitu dingin. Haruskah Aery kembali dan mendengarkan penjelasan Mingyu?

"Aku belum menyerah, tapi suamimu membuatku menyerah sebelum berjuang."

Aery memanjatkan doa untuk ketenangan mendiang Miyeon. Berharap dia tidak terbebani di alam sana. Aery harus kembali ke rumah sakit.

Dia boleh saja hancur.

Dia boleh saja di campakkan.

Tapi Aery harus ingat satu hal. Ada malaikat kecil yang membutuhkannya saat ini.

***

Mon maap apdetnya dikit.

Kalo kalian ngeuh, dari part part sebelumnya bahkan part awal sebenernya ada spoiler spoiler, ada teori yang harus kalian pecahin supaya tau jawaban dari konflik ini wkwk.

Gua kasih satu teori.

Heejin adalah seorang psikolog.

Hmmm coba kita pikirkan baik-baik wkwk.

See you.

Apdet ini bonus sih buat kalian.

Apdet ini bonus sih buat kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]My Lecture My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang