29

6.4K 640 68
                                    

"Aku sudah memperingatimu, menjauh dari Mingyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sudah memperingatimu, menjauh dari Mingyu."

Heejin menatap gelas berisi soda yang esnya mulai mencair, dia tidak berniat untuk meninggalkan pria itu. Dia lebih baik hidup sendiri asalkan pria itu tetap ada di sampingnya.

"Dia sudah memiliki keluarga. Kenapa kamu keras kepala sekali? Jangan pernah mencoba memisahkan apa yang Tuhan satukan."

Sebanyak apapun peringatan yang Heejin dapatkan, sebanyak apapun nasihat yang Heejin dapatkan. Semua itu tidak akan mengubah apa-apa. Heejin tetaplah Heejin yang keras kepala. Wanita itu harus mendapatkan apa yang dia inginkan. Tidak boleh ada kata tidak.

Dia berpikir bahwa dia dilahirkan untuk menjadi pemenang, bukan seseorang yang akan pasrah menerima nasib.

"Ada banyak kenalan pria yang aku punya, mereka punya segalanya. Kalau boleh aku bandingkan, Mingyu jauh dibawah mereka."

Wanita itu muak mendengar segala ocehan pria yang duduk di hadapannya. "Kalau sudah tidak ada lagi yang mau dibicatakan, aku mau pergi. Masih banyak urusan yang harus aku selesaikan."

Pria itu memijat pelipisnya, frustasi karena Heejin sama sekali tidak pernah mendengarkan perkataannya.

"Aku sudah memperingatimu, jangan menyesal dikemudian hari. Pikirkan baik-baik dan buka lembaran bahagiamu sendiri."

Heejin sangat berterimakasih untuk itu. Tapi Heejin juga tidak akan mendengarkannya, dia hanya akan menganggap ucapannya sebagia angin lalu.

"Halo."

Suara dari pemilik nomor yang dia telepon rupanya memiliki banyak waktu. "Aku harus pergi check up, bisa tolong temani aku?"

"..."

"Baiklah." Heejin mematikan sambungan telepon dan langsung masuk ke dalam taksi yang sudah dia hentikan sebelumnya.

Mulai saat ini, dia harus lebih sering bertemu dengan Mingyu agar pria itu lama kelamaan memiliki jarak dengan istri dan anaknya.

Bukankah dulu Heejin bahkan berhasil membuat Mingyu menjadi seorang duda?

***

"Naya sudah tidur, Mas mau keluar sebentar." Ucap Mingyu sambil memakai jaketnya.

"Mau kemana memang?" tanya Aery tanpa mengalihkan pandangan pada layar laptopnya.

"Mama mengirim barang dan tetangga kita di lantai lima bilang dia menerima paket kita." Jawab Mingyu.

Aery mengangguk dan mengizinkan pria itu untuk keluar. Hanya pergi ke lantai lima, Aery juga bukan tipe pasangan yang posesif. Dia membebaskan Mingyu, dalam artian bebas pada batasannya.

"Ah sial, kenapa banyak sekali revisi. Mas Mingyu ini sangat ingin membuatnya menjadi duda untuk yang kedua kali."

Setelah selesai makan siang bersama dosen yang lain, Aery rupanya tidak datang tanpa tujuan yang jelas begitu saja. Dia membawa skripsi yang sudah setengah jadi untuk dimintai revisi pada Mingyu. Pria itu sama sekali tidak mau dimintai pendapat saat berada di rumah. Jadi Aery berniat menemui Mingyu sambil mengajaknya makan siang.

Sementara Aery sibuk diceramahi Mingyu, salah satu mahasiswa dibawah bimbingan Joshua mengajak Naya main di taman kampus. Karena pada saat itu mahasiswa dibawah bimbingan Joshua baru saja selesai melakukan revisi skripsi.

"Ini salah, ini salah, ini typo, ini tidak jelas, ini tidak penting, ini revisi, revisi, revisi."

Begitu yang diucapkan Mingyu sambil mencorat-coret hasil pekerjaan Aery yang bahkan bergadang untuk menyelesaikannya.

"Saya sedang berbaik hati hari ini karena istri dan anak saya mengunjungi saya. Jadi, saya tidak akan banyak berbicara dan hanya menandai bagian yang harus direvisi."

Aery masih melongo menatap hasil coretan Mingyu diatas pekerjaannya. Hampir satu lembar penuh dengan coretan Mingyu.

"Anda mau cepat lulus bukan?" tanya Mingyu. Aery mengangguk.

"Saya bakalan cepat menyelesaikan skripsi ini." Tekad Aery sudah bulat sepenuhnya. Dia bersemangat karena menunda skripsi akan menunda dia lulus.

Mingyu mendekat ke arah telinganya kemudian berbisik, "udah gak sabar pengen punya dedek bayi yah?"

"Sayang, bisa tolong bantuin Mas sebentar?" teriak Mingyu di pintu masuk. Membuat lamunan Aery buyar seketika.

"Iya Mas." Aery langsung pergi menghampiri Mingyu dan terkejut saat pria itu membawa dua kotak ditangannya. Yang satu berukuran besar yang satu berukuran sedang.

Aery mengambil kotak berukuran sedang agar Mingyu tidak terlalu terbebani, "Mas emangnya ini apa? Kok banyak banget?"

Mingyu meletakkan kotak tadi ke atas lantai, dia menyeka keringat yang bercucuran melalui pelipisnya. Padahal tidak sampai keluar gedung apartemen tapi rasanya sangat melelahkan.

"Yang ini isinya oleh-oleh dari Amerika." Mingyu menunjuk kotak yang besar, "dan ini isinya buku cetak yang bakalan aku kasih ke mahasiswa," kemudian menunjuk yang sedang.

"Mama ngasih oleh-oleh banyak banget." Aery pergi menuju dapur untuk membawa gunting dan air minum untuk Mingyu.

"Makasih sayang." Ucap Mingyu setelah menerima segelas air dari Aery.

Aery langsung membuka kotak berisi oleh-oleh dari Mama Suzy. Isinya macam-macam. Mulai dari tas, makanan ringan, makeup, baju pria, dan bahkan baju-baju bayi. Aery langsung terkejut saat melihat ada baju bayi di dalam sana.

"Ini, baju bayi?"

Mingyu mengangguk. "Mama emang kayak gitu. Dulu pas ibunya Naya baru aja nikah sama Mas, Mama ngasih baju bayi. Dan gak lama ibunya Naya hamil. Mama bilang, dia udah feeling. Dia sering mimpiin bayi." Jelas Mingyu.

Namun Aery malah terbeliak, "jadi maksudnya?"

Mingyu terkekeh dan mencubit hidung istrinya, "Mas gak tau pasti. Tapi dulu Mama bilang gitu. Kalaupun kenyataannya kamu hamil sebelum sidang skripsimu selesai, kita harus tanggung hal itu. Gak mungkin juga kita ngegugurin kandungan kamu."

Aery mengangguk, sudah sepantasnya jika dia memberikan keturunan untuk Mingyu dan memberi adik untuk Naya. Hanya saja, Aery tidak mau nantinya dia terlalu asik dengan skripsi sampai lupa dengan kehamilannya.

"Jangan takut." Ucap Mingyu, pria itu seolah mengerti apa isi hati Aery.

"Mas bakalan jagain kamu, gak bakalan biarin kamu lupa sama kandungan kamu."

"Jadi?" tanya Aery.

"Want to make it now?" tanya Mingyu sambil memperlihatkan smirk di wajahnya.

***

Dasar nih yah hot daddy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dasar nih yah hot daddy.

[✓]My Lecture My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang