34

6.3K 596 48
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mingyu berulang kali mengecup punggung tangan Aery. Dia berharap saat Aery membuka mata, dia akan mendengarkan penjelasan Mingyu. Pernikahan mereka masih sangat muda, ditambah sekarang ada seorang malaikat kecil lainnya di dalam perut Aery yang harus Mingyu jaga.

Terutama dari Heejin. Wanita itu tidak boleh sampai tau kabar ini dan malah menghancurkan semuanya lebih jauh lagi. Mingyu perlu melakukan tes DNA secepat mungkin dan membuat tuntutan untuk memenjarakan Heejin.

Dia tidak mengerti mengapa Heejin sampai melakukan seperti ini. Miyeon, Mingyu menemukan mendiang istrinya tergeletak bersama Heejin di sampingnya. Mingyu kalap saat itu. Heejin mengatakan bahwa dia menemukan Miyeon tergeletak begitu saja namun hati Mingyu berkata lain.

"M-mas."

Mingyu menatap Aery yang baru saja membuka matanya.

"Sayang, mana yang sakit?"

Aery menggeleng pelan. Wajahnya nampak pucat. Mingyu segera mengambil air dari atas nakas dan memberikannya kepada Aery.

"Eh, udah siuman. Tau gitu Icung beli makanannya lebih." Tanya Jisung yang baru saja datang dengan sekantung keresek di tangannya.

Aery masih tidak pahan situasi yang terjadi, seingatnya dia berada di dalam pelukan Mingyu setelah itu dia tidak ingat apa-apa. Begitu dia bangun, Aery terlentang di atas bankar rumah sakit dengan Mingyu disisinya.

"Bunda."

Naya. Aery menoleh ke arah kanan, mendapati putrinya yang nampak khawatir. Aery mendudukan dirinya, dibantu oleh Mingyu. "Jangan banyak gerak dulu sayang."

"Bunda sakit?"

Aery tersenyum, "enggak sayang. Cuman ngantuk aja jadi tidur."

"Tangan Bunda kok dipasang jarum juga? Kalo dipasang jarum berarti sakit?"

"Bunda cuman dikasih vitamin aja sama dokter."

"Supaya apa Bun? Kuat yah? Kayak Iron Man?"

"Supaya Bunda sama adikmu sehat sayang. Doain adik sama Bundamu sehat yah?" Ucap Mingyu.

Aery terdiam, kemudian menatap Mingyu tidak percaya. Pria itu menarik kedua sudut bibirnya.

"Terima kasih sayang."

Demi apapun. Aery ingin menangis saat ini juga. Bukan dia menyesali keadaan, tapi dia sangat bersyukur.

"Eh kok nangis?" Mingyu segera memeluk Aery dan mengusap punggungnya. Berharap agar wanita itu segera tenang.

Aery melonggarkan pelukan mereka, dia kemudian beralih menatap perutnya yang masih datar. Mengusapnya pelan diikuti oleh Mingyu. Seulas senyuman terukir manis di bibir Aery. Membuat Mingyu sangat ingin melahapnya saat ini juga.

[✓]My Lecture My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang