Sudah 6 bulan lebih aku menjalani profesi ku sebagai dokter di rumah sakit ini, tidak ada yang aneh, semua normal. Kecuali beberapa rekan kerja ku yang tiba tiba menyatakan perasaannya. Kata mereka, mereka menyukaiku dari pertama kali aku datang di rumah sakit ini, cinta pandangan pertama.
Apakah kalian percaya? Aku sih tidak, tidak ada yang namanya cinta pandangan pertama, cinta itu tidak bisa langsung ditentukan, ia bertahap.
"Ki, udah waktunya lo ibadah, sana! Nanti ini biar gue yang beresin!" Itu suara Bella, Bella sebenarnya sedang sibuk dengan urusannya sendiri, tapi mendengar adzan Dzuhur, ia mengingatkan ku. Indahnya toleransi.
Untuk yang bingung, biarkan aku menjawabnya, aku dan Bella memang berbeda, tapi itu tidak menjadi tembok penghalang untuk pertemanan kami, kami tetap satu, aku dokternya, Bella susternya.
"Yaudah, tolong ya La, gue sholat dulu sebentar!" Ucapku yang hanya dibalas anggukan oleh Bella.
Aku meraih totebag yang selalu aku bawa, mengambil mukena yang selalu tersimpan didalamnya.
Setelah menyelesaikan kewajibanku, aku kembali keruang praktek, sekarang tidak hanya Bella, tapi ada Daffa, wajar sih ia bisa berkunjung kemana saja, ini kan jam istirahat.
"Ngapain lo, Daf?" Tanyaku sembari meletakkan mukena kembali kedalam totebag.
Aku memperhatikan Daffa yang hanya diam, mukanya lusuh, kenapa, sih?
Aku melirik Bella, dia pun mengangkat bahu, lalu aku tahu darimana?
"Gue putus,"
Aku dan Bella terbelalak, apa kata Daffa tadi? Putus?
"Ih gila lo! Kok bisa, sih?"
"Salah paham,"
"Salah paham kenapa, sih? Masalah apa?" Tanyaku beruntun, aku tidak menyangka, hubungan yang lebih dari 3 tahun ini kandas hanya karena sebuah kesalahpahaman?
"Kemarin gue liat snapgram Grego, video gitu, terus pas banget Grego ngevideoinnya pas Fitri sama salah satu atlet ganda putra lagi ketawa bareng, namanya Yeremia, terus mungkin efek capek, gue marah dan mutusin dia, terus tiba tiba Grego chat gue, katanya mereka jalan gak cuma berdua atau bercanda berdua, itu bareng bareng, cuma emang yang ke shot di video dia cuma pas Fitri sama Yere."
Aku dan Bella masih diam, mencari akar permasalahan ini.
"Kok lu jadi bocah gini sih, Daf?" Sarkas Bella.
"Gila ya, gue kira tiga tahun lebih pacaran lu bisa ngerti gimana Fitriani, ternyata enggak!" Timpalku.
Sebenarnya aku ingin sekali mencaci maki Daffa, tapi itu bukan hak ku, sebagai sahabat, aku hanya bisa menasihati, bukan mencaci.
"Terus sekarang mau lo gimana?" Tanyaku, masalah seperti ini harus cepat diselesaikan.
"Gue udah coba minta maaf ke Fitri, tapi dia gak mau maafin," jawab Daffa sembari menunduk.
Tapi ada satu hal ganjil yang aku temukan, setahu ku Fitriani termasuk orang yang mudah memaafkan, tapi kenapa sekarang?
"Daf,"
"Apa, Ki?"
"Lo ngomong apalagi ke Fitri selain putus?"
Daffa menunduk, ia diam.
"Daf, jawab gue, ngomong apalagi lo selain putus?"
Daffa masih diam.
"DAFFA, JAWAB GUE!" Bentakku akhirnya, Daffa benar benar membuatku emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Rian Ardianto
RandomDia, yang bahkan aku belum tahu namanya. Tapi hanya dengan senyumnya membuat dunia ku yang sedang gelap seketika terang. Seperti cahaya bulan ditengah malam. -Muhammad Rian Ardianto Cinta pandangan pertama? ah, ga mungkin. Cinta kan ada karena terbi...