Aku meneguk air putihku hingga habis. Memperhatikan Syifa dan Kevin yang sibuk mengobrol.
Tadi tanpa sengaja aku dan Rian bertemu mereka berdua, sepertinya mereka juga sedang jalan jalan disini.
"Abis darimana?" Selidikku.
Syifa langsung menatapku, tersenyum kecil. "Itu teh, tadi Syifa gak sengaja ketemu kak Kevin."
Aku tertawa, "kamu kira teteh baru kenal kamu bulan lalu? Mana bisa kamu keluar rumah sendiri, Syif. Kalo gak sama bibi pasti sama Heta, kan?"
Syifa langsung tersenyum canggung, menggaruk tengkuknya pelan.
"Sorry gak bilang lu, Ki. Tadi Syifa gue ajak ketemu, sekalian jalan jalan disini." Jelas Kevin.
Aku menggelengkan kepala pelan, "udah izin mamanya?" Tanyaku, Kevin menggeleng.
"Udah bilang Heta?" Tanyaku pada Syifa.
Syifa menggeleng.
"Udah bilang bibi?" Tanyaku lagi, Syifa kembali menggeleng.
Aku menghela nafas pelan, "udah berapa kali teh Nita bilang--"
"Kalo mau pergi kemana mana izin dulu sama orang rumah." Potong Syifa cepat.
Aku tertawa kecil. "Udah hafal kenapa gak dilaksanakan?"
"Itu teh. Tadi Syifa buru buru, gak sempat telfon mama atau Heta." Jelas Syifa.
Aku memutar bola mata malas. Meraih ponselku dari tas.
Aku mengernyit, kenapa ponselku ramai lagi sih? Perasaan aku gak upload apapun hari ini. Tunggu tunggu, satu satunya cara--
"Jom." Panggilku, dia langsung menoleh.
"Posting apa lu di ig story?" Tanyaku.
Rian tersentak, tersenyum kecil.
"Anu, Ki. Aduh, lagian kamu cantik banget, tangan saya gatel mau posting!"
Aku menghela nafas kasar. "Ponsel lu? Gue mau liat. Ponsel gue hang lagi!"
Bayangin aja, ponselku habis baterai daritadi, sekalinya menyala langsung diserang beratus ratus notifikasi, gimana dia kuat coba?
Rian memberikan ponselnya padaku, aku menerimanya, bersiap mengetikkan password yang dia beritahu tadi.
"Sidik jarimu udah terdaftar, Ki. Gak perlu pakai password." Seru Rian.
Aku tersentak, langsung menoleh. Heh! Dia beneran?
"Ciee teh Nita! Sidik jari nya aja udah ada di hp a Rian nih! Kalo ngundang jangan lupa Syifa di meja VIP ya, teh!"
Aku menginjak kakinya dari bawah kursi, menatapnya tajam.
"Diem!" Sarkasku, Syifa langsung menutup mulutnya, menatap ponselnya lagi.
Aku beralih lagi ke ponsel Rian, dia beneran daftarkan sidik jariku? Kalo engga gimana?
Atau aku coba aja ya? Siapa tau dia bohong? Yaudahlah!
Aku mulai menaruh jari telunjukku pada sensor di ponsel Rian. Tapi tidak terjadi apa apa tuh, ponselnya tetap terkunci!
"Sidik jari ibu jari mu, Ki. Bukan telunjuk."
Aku menggembung kesal, ternyata dia tahu aku mencoba membuka ponselnya dengan sidik jari ku.
Aku melotot saat melihat ponsel Rian benar benar terbuka dengan sidik jari di ibu jariku. Aku langsung menoleh, menatapnya serius.
"Kenapa? Kan sudah saya bilang ada sidik jarimu disana." Balasnya seakan mengerti tatapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Rian Ardianto
De TodoDia, yang bahkan aku belum tahu namanya. Tapi hanya dengan senyumnya membuat dunia ku yang sedang gelap seketika terang. Seperti cahaya bulan ditengah malam. -Muhammad Rian Ardianto Cinta pandangan pertama? ah, ga mungkin. Cinta kan ada karena terbi...