1. Car-Free Day

3.6K 179 2
                                    

"Ki!"

Aku menoleh, mendapati Daffa sedang tergopoh gopoh membawa peralatan medis.

"Kenapa, sih?"

Daffa berhenti tepat di depanku, mengatur nafasnya yang tersengal sambil meletakkan barang bawannya.

"Kenapa, kenapa! Bantuin kek! Gue repot banget, nih!"

"Gue juga repot kali Daf, liat nih!" Ucapku mengangkat paper bag yang sedari tadi ku genggam.

"Yaelah, Bella kemana, sih?"

"Disana, lagi ngantri!" Balasku sembari menaikkan dagu, berusaha memberitahu Daffa.

"Hah? Ngantri? Ngantri ngapain?"

Aku hanya mengangkat bahu, memang tidak tahu.

"Yaudah ah gue mau ngasih ini ke kak Doni, lo jangan lupa nge-cek persediaan obat ya, Daf!"

Aku berlalu pergi, berjalan menyusuri tenda tenda yang terpasang dan memasuki tenda paling ujung.

"Kak Doni!"

"Eh, kenapa Ki?"

"Ini pesenan kak Doni, aku susah banget nyarinya!" Gerutuku.

"Hehe maaf, kan disini juga lagi ribet ki!"

"Yaudah nih kak, aku mau bantuin Daffa ngurus tenda dokter, kasian sendirian dia," ucapku lalu menyerahkan tiga paper bag berwarna coklat.

"Lah, Bella kemana emang?"

"Lagi ngantri, tuh!" Ujarku sembari menunjuk kerumunan yang ada ditengah jalan.

"Ngapain sih, dia?"

"Aku gak tahu kak, yaudah ya aku mau balik ke tenda, dah kak Doni!" Balasku sembari melambaikan tangan.

Aku berjalan sembari membetulkan pashmina ku yang tidak bisa diajak kompromi disaat repot begini, tahu gitu tadi aku pakai bergo saja yang lebih simple.

"Kia! Cepetan sini, gila ya lo, tenda ini udah mau buka lo belum persiapan apapun!"

"Ih berisik Daf, bawel banget sih, ini gue juga mau siap siap!"

Aku meraih jas dokterku dari sandaran kursi, juga kacamata ku yang sengaja diletakkan diatas meja.

Ya, aku seorang dokter umum yang baru sebulan bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Hari ini, tempat ku bekerja mengadakan kerja sama dengan salah satu brand ternama yang mengadakan Car-Free Day di daerah Jakarta Timur.

Selain untuk promosi jasa lewat pemeriksaan gratis, kata pemilik rumah sakit juga untuk ibadah, kemanusiaan. Memang sih, boss-ku satu itu baik sekali, ramah kepada siapapun dan selalu membumi.

"Ki, masker mana?"

Aku menoleh, teringat sesuatu, yaampun, aku belum beli masker!

"Belom gue beli, Daf!" Ucapku sambil menampakkan senyum tak berdosa.

"Terus, kita tim medis ga pake masker gitu?"

"Ya jangan lah, nanti pelayanan kita di cap jelek, lu beli masker sana!"

Daffa menatapku tajam, matanya penuh kekesalan. Ya habis bagaimana, manusia kan tempatnya lupa.

Daffa menghela nafas pelan, "yaudah sini gue beli, mana uangnya?" Daffa selalu begitu, sekesal apapun kalau disuruh aku atau Bella, ia selalu menuruti walaupun menggerutu.

"Nih!" Aku menyerahkan dua lembar uang seratus ribu, "gue nitip coffe, ya!"

"Gak ada yang jual!"

Moonlight | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang