"Teteh istirahat ya. Syifa mau keluar dulu." Tukas Syifa setelah memastikanku duduk nyaman di pinggir kasur.
Aku menarik lengannya, menggeleng pelan. "Teteh takut." Cicitku.
Syifa tersenyum lembut, "Mau ikut keluar kamar?"
Aku mengangguk pelan. Sungguh, aku benci keadaanku yang sekarang. Aku terlihat buruk sekali.
Syifa mulai membantuku keluar kamar. Aku tersentak, Rian dan Kevin masih disini?
"Eh, udah gapapa, Ki?" Tanya Rian.
Aku duduk di sofa, menghela nafas pelan. "Udah malem banget. Nanti kalian gimana?" Balasku. Lihat saja, sekarang sudah jam 12 malam.
"Gampang kita mah." Sambar Kevin.
"Nginep aja ya? Kan ada dua kamar." Pintaku.
"Nanti Syifa?"
"Syifa bisa sama teh Nita." Sambar Syifa.
Kevin dan Rian saling tatap, tolong bilang mau. Aku benar benar takut sekarang.
"Yaudah." Pasrah Rian.
Aku tersenyum kecil, "makasih!"
*Ting tong
Aku langsung menoleh ke pintu, nafasku mulai tersengal lagi. Itu siapa? Jangan bilang Baskhara?
"Aku buka pintu dulu, ya." Seru Syifa.
Aku langsung menahan lengannya, menggeleng pelan.
Syifa tersenyum lembut, "gak apa apa teh. Itu Heta."
"Tapi, Syif. Gimana ka-- kalo itu--"
"Ki." Panggil Rian sembari memegang pundakku.
Aku menoleh, "gak apa apa. Percaya sama Syifa." Bujuknya.
Aku menghela nafas pelan, melepaskan lengan Syifa lalu menyandarkan pundakku. Sedangkan Syifa sudah berjalan kearah pintu.
"Jom, Vin. Maaf ya." Lirihku.
Rian mengernyit, "Maaf kenapa?"
"Maaf jadi ngerepotin kalian begini."
Rian tersenyum kecil, mendekatkan duduknya padaku. "Enggak kok, kita gak ngerasa direpotin. Iya kan, Vin?" Tanya Rian, meminta persetujuan Kevin.
"Bener, Ki. Lagian kita juga sering ngerepotin lo."
Aku tersenyum kecil mendengar jawaban Kevin, lalu beralih menatap Rian. "Lo pasti penasaran kan kenapa gue bisa sampe segininya?" Tanyaku lagi.
Rian mengangguk pelan, "Banget."
Aku menghela nafas, sepertinya memang harus ku ceritakan.
"Sebenernya, waktu itu, gue--"
"Kalo belum bisa cerita gak apa apa, Ki. Jangan dipaksa. Saya akan tunggu kamu siap cerita." Sergahnya. Rian tersenyum.
Aku menatapnya sendu, kenapa senyum Rian tulus banget sih?
Aku tidak bisa lagi membendung air mataku, aku menangis sekarang.
"Eh, kenapa Ki?" Seru Rian panik.
Aku menggeleng pelan. Aku memang tidak apa apa, gatau liat Rian yang begitu tulus aku jadi ingin nangis.
Rian menarik lenganku, memeluk tubuhku. "Udah udah gapapa. Tenang ya." Bisiknya.
Aku tersenyum kecil. Kenapa pelukannya bisa sehangat pelukan Al ya?
"TEH KIA, TETEH GAK-- ANJIR KOK ADA KEVIN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Rian Ardianto
DiversosDia, yang bahkan aku belum tahu namanya. Tapi hanya dengan senyumnya membuat dunia ku yang sedang gelap seketika terang. Seperti cahaya bulan ditengah malam. -Muhammad Rian Ardianto Cinta pandangan pertama? ah, ga mungkin. Cinta kan ada karena terbi...