Aku menaruh wajan diatas penggorengan, memasukkan minyak dan mulai menyalakan kompor.
"Ki, nih nasinya!" Seru Kevin.
Aku menoleh, tertawa melihatnya yang tergopoh gopoh membawa bungkusan plastik.
"Sini sini gue bantuin!" Seruku langsung mengambil salah satu plastik.
"Lagian lo mau mauan sih, Vin disuruh beli nasi di warteg." Sambungku.
Tadi, pagi pagi aku sudah datang ke dapur pelatnas ini, menyiapkan segala galanya, mulai dari telur, bumbu, minyak, dan cabai cabaian. Tapi kalian tahu? Beras nya habis! Dan nggak akan sempat untuk masak nasi, jadi aku menelfon Kevin, tadinya untuk membujuknya biar membatalkan ini semua, tapi dia tetap bersikeras, akhirnya dia bersiap membeli banyak bungkusan nasi di warung Tegal terdekat.
"Demi nasi goreng lo apa yang nggak."
Aku tertawa, memukul lengannya kencang. "Nggak usah gombal mulu lo, ah!"
Aku mulai memasak, memasukkan telur, bumbu, serta hal hal yang memang perlu. Sedangkan Kevin, dia menopang dagunya dengan tangan, memperhatikan ku dengan mata yang mengantuk.
Aku melihat jam di pergelangan tangan, pukul 6 pagi, tentu saja dia akan mengantuk.
"Lo tidur aja dulu, Vin. Nanti kalo udah jadi gue bangunin."
Kevin menatapku sebentar, lalu mengangguk. "Bangunin gue ya, Ki. Gue gamau keabisan!"
Aku tertawa, "Iya. Lo yang pertama kali makan nasi gorengnya kalo udah jadi. Udah tidur dulu!" Suruhku.
Kevin menurut, dia merebahkan dirinya di kursi panjang kantin, menutup matanya.
Sedangkan aku mulai melanjutkan acara memasakku, karena masak dalam porsi besar, aku kesulitan untuk mengira ngira bumbu. Alhasil, beberapa kali aku harus mencobanya untuk memastikan apakah sudah pas atau belum.
Tiga puluh menit setelahnya, semuanya jadi. Aku memutuskan untuk memasak menu lain seperti telur, tahu, tempe, sayur, juga chicken breast. Mereka atlet, nutrisinya harus seimbang.
Aku juga menyiapkan beberapa makanan penutup seperti brownies dan pudding, ya aku tahu ini kurang cocok untuk sarapan. Tapi aku siapinnya nggak banyak kok, hanya sebagai pemanis saja.
Setelah memastikan semuanya tertata rapi, aku berjalan kekursi dimana Kevin tertidur, menepuk lengannya pelan.
"Vin?" Panggilku pelan.
"Iya iya nanti gue latihan, tunggu dulu gue mau tidur."
Aku tertawa pelan, Kevin sepertinya kecapekan. Aku jadi nggak tega banguninnya, nanti saja deh.
Aku duduk di salah satu kursi kantin, aku nggak tahu mau apa sekarang, masih setengah tujuh pagi. Mereka sudah bangun sih aku yakin, tapi mungkin sedang bersiap.
"Eh, Ki? Lo dari kapan disini?"
Aku menoleh, itu kak Gre. Ah, dia memang selalu siap duluan.
"Iya, Kak. Dari jam enam pagi."
Kak Gre mengernyit, "Ngapain lo dateng sepagi itu?"
"Masak sarapan."
Kak Gre melotot, mendekat kearahku. "Lo? Masak sarapan hari ini?"
Aku tersenyum kecil, menjawab pertanyaan kak Gre.
"DEMI APA? SARAPAN HARI INI NASI GORENG BIKINAN LO?" Seru kak Gre heboh.
Aku hanya mengangguk pelan, bingung menanggapi apalagi.
Kak Gre langsung berlari kearah meja prasmanan, mengambil piring beserta sendok dan garpu, menyendokkan nasi goreng dan beberapa lauk ke piringnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Rian Ardianto
De TodoDia, yang bahkan aku belum tahu namanya. Tapi hanya dengan senyumnya membuat dunia ku yang sedang gelap seketika terang. Seperti cahaya bulan ditengah malam. -Muhammad Rian Ardianto Cinta pandangan pertama? ah, ga mungkin. Cinta kan ada karena terbi...