"A Rian!"
Rian menoleh, tersenyum lebar sembari merentangkan tangannya saat melihat Syifa.
Syifa langsung memeluknya erat. "Syifa kangen aa."
Rian tersenyum, mengusap puncak kepala Syifa pelan.
"Sibuk banget ya sampe nggak bisa kesini?" Tanya Rian basa basi.
Syifa mengangguk pelan, "Padat banget, A. Aku aja sampe harus ngebatalin beberapa acara sama kak Kev."
Rian tertawa, melepas pelukannya.
"Jangan terlalu capek, Syif. Nggak baik."
Syifa memanyunkan bibirnya. "Ah, a Rian sama aja! Mama sudah bilang itu, Heta juga, Kak Kev apalagi, dia bawel banget. Masa sekarang a Rian ikut ikutan? Nih aku tinggal nunggu teh Nit-"
Syifa langsung memberhentikan cerocosannya, wajah cemberutnya semakin murung, Syifa menundukkan kepala pelan.
"Aku kangen teh Nita, A." Keluhnya pada Rian.
Rian menghela napas, memegang kedua pipi Syifa, lalu mengangkat wajahnya.
"A Rian juga kangen teh Nita. Tapi sudah ya, jangan murung terus. Kita kan sama sama cari kabarnya."
Benar. Kia bukan hanya tidak memberi kabar pada Rian, dan teman temannya. Tapi juga pada Syifa, adik sepupu terdekatnya, bahkan ayahnya Syifa saja tidak mengetahui apapun.
Dan benar juga, semenjak hilangnya Kia dan keluarga, Syifa menjadi lebih dekat dengan Rian. Syifa seolah mempunyai kakak, walaupun sebenarnya dia anak tunggal.
"Sama siapa kesini?"
"Kak Kev."
"Ada acara?"
Syifa mengangguk pelan. "Kita mau nonton, A. Udah lama banget nggak jalan."
"Berdua?"
"Yaa masa mau ngedate sekampung, A?"
"Heta nggak ikut?"
"Tadinya dia mau ikut, tapi aku larang."
"Kenapa?"
Syifa mendengus pelan, sepertinya dia tahu arah pembicaraan Rian.
"A Rian yang sekarang posesif nya ngalahin A Al, aku mau pergi berdua aja, sama pacar aku. Masa ngajak yang lain? Lagipula, kak Kev kan temennya A Rian, masa nggak percaya sama dia?"
Lagi dan lagi benar, Syifa dan Kevin resmi menjalin hubungan. Tidak lama setelah Kia meninggalkan pelatnas, Kevin menyatakan perasaannya.
"Kevin nya mana?"
"Lagi siap siap. Aku disuruh nunggu disini sambil ngobrol sama aa katanya."
"Kak Rian!"
Rian menoleh, mengernyit mendapati Audya yang berjalan kearahnya. Kali ini dia tidak datang sendiri, tapi berdua, entahlah itu siapa, Rian tidak mengenalinya.
"Lo ngapain, Dy?" Tanya Rian. Habisnya, ini kan hari Minggu, untuk apa dia kesini?
"Mau nganterin makanan."
"Dy, kan kemarin gue udah bilang-"
"Nggak apa apa kok, kak! Beneran!"
Rian menghela napas pelan, aduh, benar kata Kevin, anak remaja beranjak dewasa memang susah dibilangin.
"Ini aku bawain brownies sama coklat. By the way, coklat nya aku buat sendiri, semoga kak Rian suka ya!"
Rian tersenyum canggung, menoleh sebentar saat Syifa menarik narik tangan Rian, meminta penjelasan.
![](https://img.wattpad.com/cover/239791449-288-k459349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Rian Ardianto
De TodoDia, yang bahkan aku belum tahu namanya. Tapi hanya dengan senyumnya membuat dunia ku yang sedang gelap seketika terang. Seperti cahaya bulan ditengah malam. -Muhammad Rian Ardianto Cinta pandangan pertama? ah, ga mungkin. Cinta kan ada karena terbi...