Aku masih menatap pria itu tak percaya, dia beneran Rian? Kok bisa disini?
"Ayok pergi, ini hujan, nanti kamu sakit!" Ujarnya setengah berteriak berusaha menyamakan suaranya dengan derasnya hujan sembari menarik tanganku.
Aku menggeleng, melepas genggamannya, aku masih sakit, masih kecewa.
Rian menatapku, menghela nafas pelan, "Kenapa?" Tanyanya lembut, detik selanjutnya ia duduk di sebelahku.
"Gak apa apa, mas Rian ngapain disini? Nanti malah sakit!" Balasku sebal, aku kan tidak bisa nangis sepuasku, ini kan ada Rian.
Rian menggeleng, "Saya gak akan pergi kalau kamu masih disini,"
Aku mengernyit, kok dia jadi peduli padaku? Kan aku hanya bertemu dengannya sekali.
"Kamu kenapa?" Tanya nya sekali lagi. Aku masih diam, enggan menceritakan masalahku pada siapapun.
"Kalau ragu, gak apa apa gak cerita, tapi kalau mau nangis jangan ditahan, ya, nanti sakit. Gak apa apa kalaupun ada saya, gak bakal saya ledekin, kok!"
Aku menarik kedua ujung bibirku, tersenyum kecil. Apakah aku harus berbagi dengannya?
"Aku..."
Aku melihat Rian, matanya menyiratkan rasa penasaran, tapi kan aku baru kenal dengannya, masa sudah curhat, sih?
"Azkia, kalo gak mau cerita, gak apa apa," Ujarnya sembari tersenyum.
Mataku membulat, tadi dia memanggilku apa? Azkia? Kok dia tahu? Pertemuan pertama dan terakhir kami kan aku sama sekali tidak menyebutkan namaku, Bella memanggil ku juga hanya 'Ki'. Ah, Bella lagi.
"Mas Rian tau darimana?" Tanyaku pelan, tanganku mulai gemetar, udara malam bercampur dengan air hujan yang turun deras membuat ku cukup menggigil.
"Apanya? Namamu?" Tanyanya balik, aku mengangguk.
"Kamu gak tahu fotomu viral?" Tanyanya lagi, yang lagi lagi aku balas anggukan.
"Aku follow IG mu, tahu!"
Aku membelalak, Rian? Seorang Rian Ardianto? Follow IG ku?
"Ki, ayok pergi, jangan ngobrol disini, tanganmu dingin!" Sergah Rian ketika melihatku ingin berbicara kembali.
Aku kembali menggeleng, aku belum puas menangis.
"Yaudah kalau gak mau, kamu mau sampai kapan disini?" Tanyanya lagi.
"Gak tau, sampe puas," balasku pelan sembari menunduk, rasa kecewa itu muncul lagi.
"Yaudah, saya temenin ya? Kalau mau nangis jangan ditahan,"
"Jangan, mas! Mas Rian pulang aja, aku gak apa apa, kok!" Ujarku dengan suara yang semakin bergetar.
Rian menggeleng, "Saya akan tetap disini, Ki"
Aku menghela nafas, yasudah, kan aku sudah menyuruhnya pulang, jika nanti sakit, itu salahnya sendiri.
Keheningan terjadi sekarang, aku dengan fikiran ku dan air mata yang kini sederas hujan, dan Rian, dengan pandangan lurusnya.
"Sahabatku aja, gak menganggap aku penting, apa aku memang benar benar gak berguna ya?" Ujarku pelan dan langsung mendapat tatapan sendu dari Rian.
"Hey, kata siapa?" Balasnya lembut
"Selama ini aku nganggep Bella itu segalanya, dia temanku, adikku, semuanya, tapi, di hari pentingnya, dia malah memberitahuku sekarang, ketika tinggal menunggu waktu, seperti tamu undangan lainnya. Tidak ada yang spesial untukku, bahkan aku tidak tahu siapa laki laki yang akan menggantikan tugasku untuk menjaganya," Jelasku seraya menunduk. Air mataku tumpah lagi, tapi tentu saja tersamarkan oleh derasnya hujan.
![](https://img.wattpad.com/cover/239791449-288-k459349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Rian Ardianto
РазноеDia, yang bahkan aku belum tahu namanya. Tapi hanya dengan senyumnya membuat dunia ku yang sedang gelap seketika terang. Seperti cahaya bulan ditengah malam. -Muhammad Rian Ardianto Cinta pandangan pertama? ah, ga mungkin. Cinta kan ada karena terbi...