24. Gara Gara Gelang

1.3K 119 0
                                    

Aku mengernyit saat tahu Rian membawaku ke sebuah restoran cepat saji, dia ngapain sih?

"Duduk Ki, kamu mau makan apa?" Serunya.

Aku menatapnya bingung, aku kan gak lapar, lagian Rian aneh banget tiba tiba nyuruh aku makan!

"Gue gak laper kok, Jom. Lu kalo mau makan pesen aja, gue temenin deh!"

Rian menggeleng, "Yasudah saya pesenin aja," ucapnya sembari berjalan kearah kasir.

Aku mengangkat bahu, terserah Rian saja deh. Kadang sikapnya membingungkan.

Setelah selesai memesan, Rian duduk di hadapanku, aku meletakkan ponsel yang sedaritadi ku genggam. Meminum coffe ku.

"Coffe nya nanti Ki, kamu belum makan siang!" Seru Rian.

Aku tersentak. Iya ya, kok aku bisa melupakan fakta aku belum makan siang? Dan satu lagi, kok Rian bisa tau aku belum makan?

"Kebiasaan burukmu itu Ki, coffe inget, giliran makan aja dilupain terus!" Selorohnya.

Aku menatapnya sebal, dia menyindirku atau menegurku sih?

"Tadi lu narik gue buat nyuruh gue makan? Kenapa?"

Rian diam, terlihat berfikir. "Ada dua faktor,"

"Yang pertama itu, ya karena saya dititipin kamu sama ibu mu Ki, beliau berpesan biar saya mengingatkan mu yang suka lupa sama makan! Yang kedua, kalo saya gak narik kamu. Kamu pasti tau mbak Wid bakal kayak gimana hebohnya." Sambung Rian.

Aku mengangguk pelan, benar juga sih.

Selanjutnya aku dan Rian membicarakan tentang mbak Wid, bagaimana dia kalo denger gosip, trus dia kalo jailin Rian kayak apa, segalanya tentang mbak Wid yang Rian tau.

Sejenak aku melupakan kejadian tadi pagi, yasudahlah, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Toh Rian juga sudah meminta maaf padaku. Padahal bukan sepenuhnya salah Rian, aku nya juga kenapa bisa bisanya buka pintu tanpa hijab.

Setelah waiters mengantarkan makananku dan Rian, kami menghabiskannya sambil sesekali mengobrol, tentu saja ketika di mulut tidak ada makanan.

"Sudah Ki?" Tanya Rian ketika aku memakan suapan terakhirku.

Aku mengangguk, meminum air mineral yang juga dipesan Rian. Katanya aku harus banyak banyak minum air mineral, karena kafein ditubuhku juga banyak. Ini yang dokter aku atau dia sih sebenarnya?

"Mau macaron gak Ki?" Tanya Rian ketika kami melewati toko yang menjual berbagai macam jenis macaron.

Aku melihatnya, sepertinya menarik.

"Boleh,"

Rian berjalan duluan, tapi aku ingat sesuatu. Aku menarik lengan Rian, menahan langkahnya.

"Tapi gue bayar sendiri ya!" Seru ku, habisnya setiap bareng Rian aku selalu dibayarin, gak enak tahu!

"Loh, gabisa dong Ki!" Balasnya.

"Gabisa kenapa? Kan yang mau gue!"

"Saya lagi bareng kamu!"

Aku mendengus kesal, benar kan? Rian keras kepala!

"Yaudah gue beli nya pas ga bareng lu aja!" Sarkasku.

Rian menghela nafas, "Ki, tolong ya, ayo gapapa, biar saya yang bayar,"

Aku menggeleng, tetap saja, aku gak mau terus terusan dibayarin! Lagian aku dan Rian kan cuma temen, masa apa apanya aku dibayarin!

"Oke gini deh, kita traktir traktiran aja. Setuju?"

Moonlight | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang