"Ki, cepetan, ih!" Sergah Bella dari sebrang telfon.
"Sabar, La, yaampun, bawel banget sih, lo!" Balasku sembari merapihkan isi tas ku yang seperti kapal pecah.
"Lagian, tadi pagi kan gue bangunin, kebo, sih, lo!" Seloroh Bella.
"Lagian tumben tumbenan lo mau nonton ginian sih, La?"
"Gue mau refreshing, pusing ngurusin Daffa!"
Aku menghela nafas, Daffa lagi, seminggu terakhir nama Daffa yang akan menjadi alasan Bella marah marah tanpa sebab.
Hari ini, tepat seminggu saat Daffa memberikan tiket Indonesia Masters nya padaku, yang berarti saat ini aku sedang kerepotan mempersiapkan diri untuk ke Istora, Senayan.
"Ayok, cepetan!" Teriak Bella sekali lagi sembari mengeluarkan kepalanya dari mobil dan membunyikan klakson ketika melihatku keluar dari lobby.
Aku berlari masuk ke dalam mobil, Bella bawel!
"Gila lo, kirain apartemen ini punya lo? Hah? Klaksonin orang pagi pagi!"
"Lagian, lo lama!" Ketus Bella sembari menarik seatbelt nya.
"Udah ah cepet jalan, tadi aja marah marah, lo!"
"Seatbelt lo, Ki!"
Aku mengangguk, memasang seatbelt dan melepas hijabku. Disini kan hanya ada Bella, lagipula hijabku belum kupakai sempurna, gara gara Bella yang terus berteriak!
🌙🌙🌙
"Yaallah, penuh banget! Bisa pingsan gue, La!" Keluhku ketika melihat pintu masuk Istora seperti lautan manusia.
"Ini mah gak terlalu, Ki, kalo final baru membludak!"
Aku menghela nafas, segini saja sudah membuat kepalaku sakit, apalagi lebih ramai.
"Sambil nunggu antre, lu mau beli coffe gak, Ki?"
Aku menoleh dengan mata berbinar, lantas mengangguk.
"Mana uangnya? Sini gue beliin!"
Wajahku mendadak lesu, aku kira akan dapat coffe gratis hari ini, "gue kira lu mau beliin gue, La" ucapku sembari mengambil dompet dari dalam tas.
"Enak aja, udah tiket gratis, mau beli coffe aja nunggu traktiran lo!" Selorohnya sembari mengambil selembar uang dari tanganku.
"Kalo rezeki kan gak boleh ditolak, La!"
Bella diam saja lalu memutar tubuhnya, entahlah ia berjalan ke kedai coffe mana, sepenglihatan ku tidak ada kedai coffe sekitar sini.
Antrean terus berjalan, sedari tadi aku berusaha menghubungi Bella, kemana sih, anak itu?
"Heh, La! Yaallah lu kemana, sih? Udah dikit nih antreannya!" Sarkas ku ketika telfon ku tersambung dengan Bella.
"Gue lagi dijalan, nih, Ki, kalo udah giliran lu masuk duluan aja, nanti gue susul!"
"Bilang daritadi, kek!" Balasku langsung memutus panggilan, kebiasaan buruk Bella, selalu terlambat jika saat begini.
Yasudah, mau bagaimana lagi, sekarang giliranku masuk, untung saja tiketnya Bella ia pegang sendiri.
Aku mencari kursi kosong, tepat di belakang court 2. Sebenarnya aku tidak tahu ingin menonton siapa, ikut Bella saja, soalnya tadi ia mengirimkan pesan padaku agar duduk di belakang court 2.
"Kia!"
Aku menoleh, itu Bella dengan se cup Caramel macchiato dan frappuccino.
Bella memang sudah tau selera coffe ku, tanpa harus ku beritahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | Rian Ardianto
RandomDia, yang bahkan aku belum tahu namanya. Tapi hanya dengan senyumnya membuat dunia ku yang sedang gelap seketika terang. Seperti cahaya bulan ditengah malam. -Muhammad Rian Ardianto Cinta pandangan pertama? ah, ga mungkin. Cinta kan ada karena terbi...