PROLOG

29.1K 2K 228
                                    




Aku membuka mata, ada di mana ini? Kenapa rasanya seperti di dalam penjara. Di tempat ini, aku melihat beberapa orang yang di ikat, lalu di cambuk oleh orang berjubah hitam.

Aku berjalan mundur, melihat kanan dan kiri. Semuanya sama, mereka semua di ikat dan di siksa. Rintihan-rintihan suaranya begitu nyata.

"Sakit.... Tolong hentikan.... Sakit...."

Aku mendengar suara itu. Membuatku terdiam membisu. Lalu aku mencari sumber suara itu. Dan aku kaget, melihat Tiara yang tengah terikat, dengan kedua tangan di ikat ke atas. Sementara itu, orang berjubah hitam terus saja mencambuk tubuh Tiara.

Tiara menatap kearah ku. Seraya mengatakan. "To.... Long..... Aku...."

"Arghhh....." Aku terbangun, hal pertama yang ku dengar suara jam dinding dalam keheningan malam ini.

Lalu aku meneguk air putih yang berada di atas meja. Merebahkan tubuh lagi, menarik selimut. Mencoba memejamkan mata. Namun, rasanya enggan sekali.

"Apa semua ini belum selsai?"

****
"Sera? Kamu sudah sadar?"

Aku membuka mata, menatap Mama, Papa yang ada di ruangan ini. Rasanya begitu lemas.

"Aku ada dimana?"

"Kamu ada di rumah sakit sayang! Semuanya sudah aman! Kita juga udah tau kalau Tiara...."

Mama tidak mampu menahan tangisnya, beliau juga tidak bisa menahan air mata yang sudah jatuh. Papa memeluk mama, memberi kekutan untuk Mama agar bisa ikhlas dengan apa yang telah terjadi.

"Kita harus ikhlasin Tiara Ma," ucap Papa.

"Mama gak bisa Pa! Kenapa mereka begitu jahat? Kenapa mereka melakukan semua ini kepada Tiara?"

"Ini sudah takdir, kita harus mencoba buat ikhlas saja," ucap Papa.

Aku tau, apa yang sedang Papa pikirkan saat ini. Mungkin karena Tiara anak kesayangan Mama jadi mama tidak bisa nerima semua itu. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya terlah terjadi.

"Apa maksud mimpi tadi?" Gumam ku, menatap lurus kedepan. Papa yang mendengar ucapanku menatapku.

"Apa yang kamu katakan Sera?"

"Eh, enggak Pa." Aku tidak bisa menceritakannya, apalagi dengan kondisi Mama yang sekarang. Yang tentu akan membuat mereka semakin kepikiran. Papa membawa Mama keluar ruangan, untuk menenangkan Mama.

Pada akhirnya aku memilih menyimpannya sendiri. Meski sekarang aku yakin, semua ini belum selsai, lalu apa lagi yang harus aku lakukan?

'Huh'

Aku kaget, saat melihat sebuah bola mengelinding kearah ku. Aku melihat bola itu, memantul dan tidak lama setelah itu. Seorang anak kecil mengejarnya. Anak kecil mengambil bola itu, anehnya kenapa anak ini terlihat berbeda. Ia nampak begitu pucat, kenapa dia....

"Kak! Main yuk!"

Aku menggelengkan kepalaku. Ia tersenyum menyeringai, melemparkan bola itu kearah ku. Aku mencoba menghindarinya, dan anak itu mengambil bola tersebut. Dasar anak tidak tau sopan satun!

"Payah!" Ucapnya.

"Kamu siapa? Orang tua kamu mana?"

Dia tidak menjawab, hanya diam memainkan bola itu lagi.

"Hey! Ngapain kamu? Cepat keluar!" ucapku, aku terus mengusirnya.

"Kakak payah!" ujarnya meledekku.

DEATH  2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang