Bermodalkan iklan di sosial media, aku berhasil menemukan sebuah rumah sewa yang tidak jauh dari kampus. Aku melihat ponsel, dan juga tempat ini secara bersamaan. Benar ini rumah yang diiklankan."Ini rumahnya?" ujar Haris yang baru turun dari mobil. Aku mengangguk, memang benar ini rumahnya.
"Apa gak kebesaran? Kalau cuma kita yang tinggal disini?" ucap Haris lagi.
"Ya kebesaran sih, tapi gimana lagi, lo ada saran tempat lain emang?" tanyaku kepada Haris. Hari menggelengkan kepalanya.
"Udahlah woy, ini aja rumahnya. Bagus kok, ada kolam renangnya lagi!" sahut Mia dari belakang. Mia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie yang ia pakai.
"Nah kan, by the way gue udah hubungi pemilik rumah sih. Tapi belum dateng, lagi on the way, katanya."
"Sabar aja, bentar lagi juga sampai."
Kami hanya diam, seperti orang hilang di depan rumah besar ini. Menunggu yang punya rumah datang, cukup lama. Aku mengamati sekitar, melihat ke balkon lantai dua, seperti sedang ada yang mengintip kami.
"Lo liat yang aneh-aneh di sini?" tanya Haris, aku melihat kearah Haris.
"Ada yang ngintip di balkon lantai dua. Tapi wajar gak sih? Rumah gak dihuni. Semoga aja dia gak jahil," jawabku.
"Kalian ngomongin setan ya?" Mia ikut menimbrung.
Kamu hanya diam saja, Mia mengeluarkan satu tangannya, aku mengerutkan kening, saat melihat sesuatu.
"Mia?"
Mia melihat ke arahku. Aku berjalan mendekat kearahnya.
"Kenapa sih?" Mia tampak risih dengan aku yang memperhatikannya.
"Tangan lo kenapa?" Aku jelas melihat gambar iluminati di telapak tangannya. Haris juga ikut penasaran, aku jadi ingat dengan kejadian itu, setiap orang yang menjadi incaran para pemuja setan selalu mendapatkan gambar itu di telapak tangannya.
"Oh ini?" Mia terdiam sebentar. "Ka.... Kan ini gambar biasa, kenapa emangnya?"
"Yakin lo cuma gambar biasa?" Haris menatap Mia, lebih mengintimidasi.
"Iyalah, coba lu liat. Iya kan?"
Aku dan Haris saling tatap, semakin ada hal yang aneh dengan Mia.
"Besok juga hilang," ucap Mia lagi.
Tidak lama setelah itu, ada sebuah motor yang berhenti. Seorang lelaki yang belum begitu tua datang.
"Permisi, dengan Mbak Sera?"
"Oh iya saya Sera Pak," ucapku, sembari menjabat tangannya.
"Saya Herman, pemilik rumah ini."
"Oh saya Sera, ini Mia sepupu saya, dan juga Haris."
Masing-masing dari mereka, menjabat tangan Pak Herman. Pak Herman mengeluarkan kunci rumah, dan langsung mempersilakan kami masuk. Rumahnya bersih, dan begitu rapih tidak seram sama sekali.
"Disini ada lima kamar, tiga diatas, dua dibawah, dengan masing masing kamar mandi, juga full furnitur," ucap Pak Herman menjelaskan.
"Kita liat-liat dulu, boleh Pak?" tanyaku.
"Oh iya, silakan Mbak."
Kami langsung berpencar, untuk melihat sekeliling rumah. Aku selesai kebelakang, langsung naik keatas. Hal pertama yang ada di pikiranku, adalah sosok di jendela lantai dua tadi. Aku melihat keadaan disana.
Tapi tidak ada apa-apa. Aku juga tidak merasakan ada hal aneh disini.
"Gimana? Cocok?" tanya Haris kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
TerrorDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...