Aku duduk termenung. Di bawah sinar rembulan malam ini. Semenjak kejadian di mana aku mendapatkan brosur gaib. Aku semakin yakin, kalau semua ini adalah sebuah petunjuk. Aneh bukan? Kenapa harus ke universitas itu? Aku jadi semakin penasaran.
Aku berniat mencari universitas Jaya Buana. Yah, memang aku harus mencari universitas tersebut. Demi memuaskan rasa penasaran ku.
Semilir angin menerpa tengkuk leherku. Aku mengusapnya, menatap sekelilingku. Aku mendongak ke belakang. Untuk memastikan tidak ada makhluk halus di sini.
Dan memang benar, di belakangku tidak ada apa, hanya beberapa semak-semak yang sedikit bergoyang. Tapi kenapa angin malam ini cukup kencang?
Aku membalikkan badanku, kembali ke posisi semula. Namun, aku kaget, ketika mendapati wajah putih pucat tepat di depan mataku.
"Susan!" ucapnya, dan Susan pun tertawa. Dengan suara yang cukup keras. Membuatku bergidik ngeri, meski persahabatan kita sudah sangat lama, tapi tetep saja, kedatangan Susan secara tiba-tiba membuatku kaget.
"Hihihi.... Ternyata kau masih saja takut denganku," ucap Susan di sela-sela tawanya. Begitu sangat mengejek bukan.
Aku memejamkan mata, menghela nafas. Menghadapi setan gabut ini harus tetap stay cool.
"Kan gue udah pernah bilang, jangan pernah muncul tiba-tiba," ucapku dengan nada kesal. "Kalau gue jantungan gimana?"
"Ya gimana, aku suka liat wajahmu yang kesal itu, apalagi ekspresi kagetnya. Lucu.... Hihihihi..."
Aku mengerutkan keningku. "Lucu? Lo senang liat muka gue ketakutan?"
Susan mengangguk, dari dulu wajahnya tidak berubah hanya putih pucat.
"Hihihi.... Memang begitu, aku suka... Hihihi... "
"Memang benar-benar setan gak ada akhlak!" ucapku semakin kesal dengan Susan, dia hanya senyum-senyum, aku memperhatikan wajahnya. Bekas lebam kemarin sudah hilang, padahal aku belum menanyakan dari mana bekas lebam itu.
"Susan? Kemarin lo kenapa? Wajah lo sekarang udah gak kenapa-napa, padahal kemarin lebam banget gue liat."
"Hihihihi, ada sesuatu hal Sera...."
Aku mulai tertarik dengan ucapan Susan. "Apa itu...."
"Sera? Kamu mengobral dengan siapa?"
Aku mendongak ke sumber suara begitu mendengar ucapan Mama. Di pintu ada Mama dan Haris yang berdiri di sana. "Eh, anu Ma... "
"Pasti dia lagi ngobrol sama teman setannya Tan," sahut Haris.
Aku memajukan bibirku kesal, dan juga memberi tatapan kesal kepada Haris, bisa-bisanya Haris sudah hafal dengan semuanya. Dan Haris hanya tertawa melihat ekspresi wajahku.
"Bay-bay Sera, aku mau cari cogan dulu, di pinggir jalan sana banyak cogan... "
Aku melihat ke arah Susan. Dia pergi, begitu saja. Padahal banyak hal penting yang harus aku tanyakan kepadanya. Ah Susan sungguh membuat penasaran.
"Ya sudah kalian ngobrol dulu ya. Ris, jangan malam-malam ya, Sera masih harus dipulihkan keadaannya," ucap Mama memperingatkan.
"Siap Tante, nanti kalau Sera gak mau masuk, aku gendong masuk ke dalam."
Aku menyenggol bahu Haris, yang hanya tertawa saja. Mama juga hanya tersenyum mendengarnya. Mama sudah masuk kedalam rumah lagi. Meninggalkan aku dan Haris di sini.
"Udah tau penakut, malam-malam malah duduk di alam terbuka begini. Sendiri lagi," ucap Haris ia menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Menatap lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
HorrorDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...