Aku hanya bisa berharap, luka Abi cepat sembuh kali ini meskipun aku sangat khawatir dengan keadaannya. Aku mengela nafas, kira-kira apa yang akan terjadi dengan Abi setelah ini? Mengingat ucapan Kakek Darma yang bilang kalau akan ada konsekuensinya. Aku mengela nafas, semoga itu bukan hal yang buruk.
"Ser? Bahu lo kenapa?" Haris duduk di sebelahku, sembari membawa dua piring nasi goreng. Aku melirik perban dibahuku, luka semalam.
"Luka Mia? Kok gue baru tau, lo ada luka?"
"Bukan, ini luka...." Aku menceritakan kejadian semalam kepada Haris.
"Serius? jadi luka ini itu luka kapak jubah merah?"
Aku mengangguk, "Tapi cuma kayak ke gores aja sih. gak begitu parah."
"Tapi ya Ser, kok gue sama Abi sama sekali gak dengar apa-apa ya. Semalam gue tidur pulas banget! Bangun-bangun aja udah pagi. Apalagi lo bilang kalau lo ngelepasin tembak, logika aja, masa gue gak bisa dengar suara tembakan sih."
Aku baru ke pikiran, dengan apa yang dikatakan oleh Haris, benar juga kenapa Haris dan Abi tidak terbangun semalam. Apalagi, Kakek Darma juga sama, semalam yang terbangun hanya Kak Satya, cukup aneh bukan.
"Udah-udah, mikirnya nanti dulu. Lo makan dulu gih, sarapan, isi tenaga, " ucap Haris kepadaku. Aku memakan nasi goreng ya Haris bawa tadi. Tidak ku sangka rasanya begitu enak. Aku menatap kearah Haris.
"Lo yang buat nasi gorengnya? Kok enak sih!" ucapku, padahal setahuku, Haris tidak bisa memasak.
"Bukan, Satya yang masak. Tapi emang enak sih," ucapnya. Aku mengangguk setuju kami melanjutkan makan dengan tenang, sampai akhirnya.
"Argh....."
Aku dan Haris saling tatap, mendengar suara teriakan dari ruangan Mia. Seketika, aku meletakkan piring di atas meja, dan langsung berjalan kearah ruangan Mia. Aku dan Haris berdiri diambang pintu, Melihat Kakek Darma membacakan sesuatu kepada Mia. Dan juga membuat Mia histeris, ketakutan.
"Minggir..."
Kami memberi jalan, saat Kak Satya datang ia membawa kembang tujuh rupa, air dalam kendi, dan garam kasar.
"Apa yang kalian lakukan kepada, Mia?" Haris berkata dengan nada khawatir.
"Kita mencoba mengeluarkan jin dari tubuh Mia," ucap Kakek Darma.
Aku menatap Mia khawatir, apalagi keadaannya yang begitu buruk. Apa yang harus aku katakan kepada keluarga Mia nantinya? Mia disini menjadi tanggung jawabku. Pokoknya apa pun yang terjadi, aku harus bisa membebaskan Mia. Mengembalikan Mia seperti dulu kala.
"Sera.... tolong aku Sera.... Sera, sakit Sera, Sakit...."
Aku jelas mendengar suara itu, jelas. Suaranya begitu jelasku dengar. Di mana Mia jelas tadi suar Mia sementara aku malah tidak melihat sosok Mia, yang kulihat hanya tatapan kedua mata Mia yang begitu mengerikan. Aku merasakan sesuatu, tub8uhku bergetar, padangan mataku mulai kabur. Tanganku mencengkeram bahu Haris yang ada di sebelahku.
"Ser? Sera? lo kenapa?"
Suara Haris mulai pudar perlahan, aku merasakan seperti masuk ke dalam ruang yang berbeda. Dan akhirnya aku berada disebuah ruangan yang tidak tau ada dimana sekarang.
"Haris?" Aku berteriak memanggil Haris tapi tidak ada Haris disini. Kemana dia pergi? ada dimana aku sekarang?
"Sera... tolong aku Sera...."
Lagi, aku mendengar Suara itu lagi. Aku berjalan mengikuti sumber suara, mencari keberadaan Mia.
"Mia? dimana kamu Mia?" teriakku, kencang. Aku masuk ke dalam sebuah ruangan, berbau amis, dengan background ruangan bernuansa hitam. Aku melihat sosok Mia tengah merintih kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
TerrorDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...