Aku masih tidak percaya, kalau Kakek Darma telah tiada. Kak Satya menangis, di hadapan jasad Kakek Darma. Aku berjongkok, untuk mengecek keadaan Kakek Darma secara langsung. Dan ternyata benar, Kakek Darma sudah tidak ada. Aku mengela nafas, sungguh kasihan kepada Kak Satya.
Aku tau ini akan menjadi titik hancur Kak Satya, mengingat kalau Kak Satya hanya punya Kakek Darma saja. Apalagi ini semua ulah iblis itu, aku tidak bisa berpikir jernih. Memikirkan bagaimana Mia sekarang, kemana iblis itu pergi? Membawa tubuh Mia?
"Satya harus apa? Kalau Kakek gak ada?"
"Kak Ayu, Kakek semua ninggalin Satya," ucap Satya menangis. Aku tidak bisa membayangkan menjadi Kak Satya, harus bagaimana. Dia hanya sendiri sekarang.
"Kak.... Yang sabar," ucapku mengusap bahunya. Aku tau ini salah, tapi aku hanya ingin memberi sedikit dukungan kepada Kak Satya. Kak Satya menangis, lelaki itu benar-benar mengeluarkan air matanya.
Aku melihat, Haris dan Abi juga tampak kebingungan.
"Lebih baik sekarang kita urus pemakaman Kakek," cetus Haris. Aku mengangguk setuju, lagian juga ini masih sore, jadi bisa langsung di kuburkan.
"Kita bagi tugas, Ser, lo sama Abi siapin di rumah ini. Sementara gue akan ngomong ke masjid terdekat, soal kematian Kakek."
Aku hanya mengangguk, Haris pergi untuk melapor ke warga. lalu aku dan Abi menyiapkan semuanya.
"Kasihan Kak Satya, padahal dia cuma punya kakek, tapi malah..."
"Udahlah biarin aja, lagian juga udah takdirnya kan?"
Aku menghentikan aktivitasku, menatap Abi. Hal itu membuat Abi menghentikan aktivitasnya juga. "Kenapa sih, benar kan ucapan aku?"
"Kamu gak simpati dengan duka ini?" tanyaku menatapnya. "Kakek udah nolong kamu loh, dari pelet si Metha! Mantan kamu itu! kalau Kakek gak obatin kamu. Mungkin kamu masih sama dia sekarang!"
Aku kesal, entah kenapa Abi nampak menjengkelkan kali ini.
"Bukan gitu maksud aku." Ia mencoba menjelaskan.
"Terus apa?"
Abi menghela nafasnya. "Aku gak mau kita berlarut-larut dalam kesedihan. Bukannya aku gak simpati ke Kakek Darma. Aku cuma tidak ingin membuang waktu, Sera. Sudah terlalu muak dengan semua ini. Kejadian ini sudah terjadi, apa yang perlu disesali?"
Aku terdiam mencerna ucapan Abi.
"Lebih baik kita move on, dan ngerencanain hal yang lebih besar untuk didepan sana. Kamu paham maksud aku kan."
Aku mengangguk, mencoba untuk mengontrol emosiku. Kami melanjutkan pekerjaan kami. Sampai akhirnya Haris datang, bersama dengan beberapa warga.
****
Jenazah Kakek Darma telah usai di makamkan. Sekarang kita duduk di ruang tamu. Kali ini aku benar-benar bingung. Lantaran Mia yang menghilang secara tiba-tiba. Belum lagi, masalah ini semakin bertambah rumit.
Aku menghela nafas, menatap ketiga lelaki di depanku. Tatapan mata Kak Satya masih kosong. Haris diam melamun, dan Abi sedang bermain rubik. Kami benar-benar sibuk dengan dunia kami masing-masing.
"Setelah ini, apa yang harus kita lakukan?" tanyaku. Sontak mereka semua menatap kearah ku.
"Gue mau, kalian semua pergi," ucap Kak Satya dengan nada datar, dingin, yang ia tunjukkan kepada kami. Mungkin dia masih kecewa dengan kami. Sampai mengusir begitu.
Haris menatapku, begitu juga dengan Abi, kami bertiga saling tatap, saat mendengar kak Satya mengucapkan itu.
"Maafkan kesalahan kita Kak. Maafkan kesalahan Mia juga," ucapku lirih. Aku merasa tidak enak, karena membawa Mia kesini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
HorrorDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...