Penutupan Ospek

8.3K 1.1K 471
                                    

Selamat membaca ♥️

****

Aku terbangun dari tidur. Ketika mendengar suara adzan subuh. Tanganku meraba-raba mencari sakelar lampu Yang ada di dinding. Aku menghidupkan lampu kamar. Mengikat rambut dan segera berjalan menuju kamar mandi. Untuk mandi, hari ini penutupan ospek akan di laksanakan. Membuat aku harus benar-benar menyiapkan mental ku. Dan tentu juga jiwa dan raga. Karena semua akan di mulai.

Aku sempat melewati cermin yang ada di kamar mandi. Sungguh mengenaskan keadaanku saat ini. Wajar saja, semalaman aku menangis. Membuat kedua mataku bengkak.

Aku pun segera mandi setelah itu bersiap-siap untuk sholat subuh.

****

Setelah melakukan rutinitas pagi. Aku mengecek lagi barang-barang yang ku bawa. Memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal. Semua sudah aman. Tidak ada yang tertinggal.

Aku keluar dari kamar. Dan pas juga dengan Haris Yang baru keluar dari kamarnya. "Loh Ser, tumben pake kaca mata hitam?" tanya Haris.

"Eum, gak pa-pa Ris. Pengen aja," jawabku berbohong. Jelas aku memakai kaca mata ini agar tidak ada orang yang tahu betapa buruknya kedua mataku.

"Ya udah yuk berangkat. Takut kesiangan, ketinggalan Bus nanti," ucap Haris. Aku hanya mengangguk. Kami berjalan keluar rumah.

Haris memberiku sebuah kotak bekal. Ini adalah roti sandwich yang sudah ia buat tadi pagi. Di dalam mobil, kami hanya diam. Aku dengan pikir aku sendiri, begitu juga dengan Haris.

"By the way, lo beneran putus dari Langit?" Aku mendongak menatap Haris yang melontarkan pertanyaan tersebut.

'Huft' Aku menghela nafas berat. "Gue lagi gak mau bahas hal itu."

"O... Oke maaf," ucap Haris merasa bersalah.

Susana mobil kembali hening. Di tengah kemacetan ini. Lalu aky melihat sosok yang tidak asing bagiku. Ia bersama dengan motor yang sering di gunakan. Dan tentu dengan gadis cantik di belakang seseorang itu.

Aku memutuskan untuk menutup kaca jendela mobil. Di iringi dengan setetes air mata yang jatuh di pipi. Sudahlah Sera, tidak penting memikirkan lelaki sialan itu. Ucapku dalam hati.

Lampu hijau, dan Haris melajukan mobilnya menuju kampus. Sampai di Kampus sudah ramai. Haris memarkirkan mobilnya di halaman kampus. Aku turun dari mobil. Hal yang pertama kali ku lihat. Adalah, sepasang kekasih yang melintas di depanku begitu saja.

Kalian pasti bisa menebaknya, Langit dan Metha. Yah memang benar meraka yang melintas di depanku. Tidak, tidak ada pelet di sini. Semuanya murni, Langit menggandeng tangan Metha. Lelaki itu menatapku, lalu mengalihkan pandangannya. Sementara Metha, di setiap bibirnya terukir senyum kemenangan.

"Sera." Aku segera sadar dari lamunanku. Lalu menatap ke belakang melihat Haris yang berada di depanku.

"Gue gak nyangka, kalau semuanya akan menjadi seperti ini," ucap Haris. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Haris.

"Sudahlah Ris, dia sudah menentukan pilihannya bukan?" ucapku.

"Gue tahu lo rapuh," ucap Haris.

"Gue lagi pengen fokus dengan apa yang akan terjadi nanti," ucapku. Haris mengusap bahuku.

"Lo pasti bisa melewati semuanya," ucap Haris. "Kumpul yuk, keknya bentar lagi pembekalan," ajak Haris. Kami berjalan menuju aula.

***

Setelah selesai pembekalan, aku berjalan ke Bus yang telah di tentukan. Sayangnya, Bus ku dan Bus Haris berbeda. Dia ada di Bu nomor 3 sementara aku di nomor 1. Aku mencari tempat duduk. Entah dengan siapa aku akan duduk nantinya. Aku membuka tirai jendela.

DEATH  2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang