Perjalan dari kota Bandung ke Jakarta, tidaklah sebentar. Bahkan aku sampai tertidur di mobil. Mia sedari tadi mengoceh tiada henti. Ia sedang menggoda Haris yang sedang menyetir.
"Andai gue tau dari dulu, Tiara punya pacar seganteng lo. Uhh, udah gue rebut dari dulu kali," cetus Mia sembari tertawa.
"Ngeri banget lo, Mi. Mau rebut pacar sepupu lo sendiri," sahutku. "Tega emang?"
"Ya kali Ser, gue bercanda kali... " ucap Mia. "Eh, Haris cari restoran dong. Gue laper nih," ucap Mia mengusap perutnya.
Mia ini anaknya seru, memang sejak dulu yang paling rame diantara aku dan Tiara adalah Mia, tidak heran kalau memang dia bisa mencairkan suasana.
"Lo laper, Ser?" Haris malah bertanya kepadaku.
Sebenarnya, aku tidak terlalu lapar. Karena sedari tadi mulutku tak pernah berhenti mengunyah. Tapi kasihan juga dengan Mia. "Iya gue laper, Ris."
Setelah mengucapkan kalimat itu. Mobil Haris belok ke arah restoran. Mesin mobil berhenti, dan kami pun turun dari mobil. Di sini, yang paling antusias adalah Mia. Karena nampaknya ia sangat kelaparan.
Kami duduk di meja yang baru saja di bersihkan. Setelah itu, seorang pelayan datang. Menawarkan kami makanan.
"Gue mau ayam bakar, terus sama ayam geprek. Minumnya teh manis aja, nasinya dua," ucap Mia. Bahkan, terlihat kalau dia sangat lapar.
"Sera, Haris, kalian mau apa?" tanya Mia kepadaku dan Haris.
"Gue kopi satu aja," ucap Haris. Aku mendongak menatap Haris.
"Lo gak, laper?" tanyaku. Haris pun hanya menggelengkan kepalanya. Padahal wajahnya nampak lesu. "Nanti gue gantian nyetir deh. Kayaknya lo capek banget."
"Gak usah Ser, gue baik-baik aja kok." Haris melarangku.
"Ya lo kan capek, udah pokoknya biar gue yang nyetir! Oh iya Gue ayam bakar aja deh, minumnya sama teh manis," ucapku. Pelayan tadi pun mencatat semua menu yang kami pesan.
"Baiklah, kalau begitu. Silakan di tunggu pesanannya, Mbak, Mas," ucap pelayan lalu pergi meninggalkan kami.
Kami semua hanya diam, Mia sibuk berselfi, berulang kali juga ia mengajak Haris itu selfi bersama. Haris tentu meladeni, karena Mia akan sangat ribut kalau tidak di turuti kemauannya.
Aku hanya bermain ponsel, sejak tadi Abi tidak mengirimkan pesan kepadaku. Entah kemana dia.
Lalu tanpa sadar, aku mengingat sesuatu. Tentang Jubah merah yang ku temukan tadi di belakang pintu kamar Mia. Mia selama ini tinggal di Jogja. Jadi, kalau jubah itu berkaitan dengan pemuja setan. Berarti, di Jogja juga ada komunitas pemuja setan. Apa pemujaan setan itu, tersebar di seluruh daerah?
Tapi, untuk apa teman Mia memberikan jubah itu kepada Mia? Bukan kah jubah itu sudah di keramat kan? Lalu...
"Permisi, Mas, Mbak, pesanannya sudah datang," ucap pelayan restoran.
Kami pun, menyantap makanan. Hanya aku dan Mia sih. Karena Haris fokus dengan ponselnya. Dan dia juga hanya meminum kopi yang ia pesan.
Setelah selesai makan, Mia pamit untuk ke kamar mandi. Saat Mia pergi seseorang lelaki berjalan menghampiriku.
"Sera?" ucap lelaki itu.
Lelaki itu menatapku, aku hanya mengerutkan keningku. "Lo.... "
"Saya Hans, kamu lupa?" ucapnya.
Hans? Aku mencoba mengingat-ingat dan. "Oh, Hans yang kemarin ketemu di taman kompleks?"
"Iya benar. Eh, kamu ngapain di sini?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
TerrorDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...