Aku sudah pulang dari rumah sakit. Saat ini aku sudah beraktivitas seperti biasanya. Aku duduk di taman belakang rumah. Mengamati air kolam di sini. Pikiranku melambung, tentang mimpi beberapa hari lalu. Yah, mimpi itu masih menghantuiku selama ini. Belum lagi ucapan Susan waktu itu juga terngiang di kepalaku.
Apa yang terjadi dengan Tiara? Ah aku mengingat sesuatu. Aurel pernah berkata, jikalau orang yang di tumbal kan arwahnya terkunci. Apa semua itu yang sedang terjadi pada Tiara? Dan dia meminta bantuan ku lagi, untuk membebaskan dirinya. Dari jeratan para iblis persembahan?
Satu persatu puzzle coba ku susun. Kalau benar kenyataannya begitu, berarti aku harus membebaskan Tiara. Lebih tepatnya arwah Tiara. Tapi? Bagaimana caranya?
Aku masih merenung memikirkan cara bagaimana membebaskan Tiara. Aku menatap air yang jernih di depanku. Aku melihat sebuah bayangan aneh di dalam air. Wajahnya pucat, rambutnya menjuntai basah. Tatapan matanya dingin.
Makhluk itu terus menatapku. Aku terdiam. Auranya berbeda, berselimut hitam. Biasanya makhluk dengan aura seperti itu, pasti memiliki dendam yang mendalam. Perlahan, namun pasti. Makhluk itu melayang terbang. Tatapan matanya masih dingin.
Tubuhnya membiru, ketika aku mengedipkan mata, semuanya berubah. Makhluk yang tadinya terlihat biasa saja. Kini tubuhnya berlumuran darah. Bau anyir dan bangkai menusuk indera penciuman ku. Aku memejamkan kedua mataku.
Sial, rasanya aku ingin muntah sekarang juga. Kolam dengan air jernih pun penuh dengan darah, berbau anyir dan bangkai. Kenapa aku baru melihat makhluk itu dirumah ini? Sejak kapan ada makhluk ini di sini?
'Uhukk.... Uhukk...."
Aku batuk, karena merasakan bau yang sangat menyengat membuat dadaku begitu sesak. Perutku begitu mual. Ingin muntah sekarang juga.
"Sera.... "
Aku mendongak ketika seseorang memangil namaku dan menepuk bahuku. Mama berjalan menghampiri ku. Dengan tatapan yang begitu panik dan khawatir.
"Mama?" ucapku, kaget.
Mama mengerutkan keningnya bingung. Ia langsung membantuku untuk memijat tengkuk leherku. Aku mual, dan memuntahkan semuanya.
"Kamu kenapa? Sakit lagi?" tanya Mama, masih memijat tungkuk leherku.
Sontak aku menggelengkan kepalaku masih dengan perasaan yang sama.
"Lalu kenapa?" Mama bertanya sembari duduk di sebelahku.
"Gak, pa-pa Ma. Hanya sedikit batuk dan...." ucapan ku berhenti, karena aku mengalahkan pandanganku menuju kolam tadi.
Makhluk itu tidak ada. Hanya ada kolam jernih yang terlihat. Sungguh aneh, makhluk semacam apa tadi?
"Dan apa sayang?" tanya Mama.
"Mual Ma," jawabku. Aku menghela nafas, sekarang dapat menghirup nafas dengan lega. Tanpa bau bangkai dan anyir.
"Sera, kamu kenapa? Kayak orang kebingungan gitu? Masih mual perutnya? Mau Mama ambilin obat?"
Mama begitu khwatir dengan keadaanku.
"Eh enggak Ma! Gak pa-pa, kok. Udah baikan juga, udah gak mual."
"Bagus deh kalau gitu, habisnya dari tadi Mama liat kamu ngelamun di pinggir kolam renang."
"Hehe, kangen Tiara."
Mama menghela nafasnya, sembari mengusap bahuku.
"Mama juga kangen sama Tiara." Aku memeluk Mama.
"Mama jangan sedih ya, kan ada aku." Aku mencoba menghibur Mama. Aku belum menceritakan semuanya kepada Mama. Takut Mama lebih khawatir lagi dengan keadaanku. Apalagi memikirkan Tiara.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
HorrorDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...