Suster Elina

8.2K 1.3K 329
                                    

"Tato itu bukannya tato yang pas itu ya?" ucap Haris. Aku mengangguk, ingat betul, dia akan datang saat keadaan genting seperti ini.

"Makanya dia keluar, karena tau lo dalam bahaya. Nanti juga hilang lagi, kalau sudah normal." Kak Satya mengatakannya. Aku mengangguk, sudah tau dengan semua ini.

Naga dan Harimau, adalah penjaga yang eyang berikan kepadaku. Entah kenapa dari banyaknya cucu Eyang, harus aku yang mendapat penjagaan itu. Bahkan Mia tidak memilikinya, aku juga bingung kenapa bisa seperti ini.

"Lucu sih, tapi..."

"Sat!" Kami kaget, saat ada seseorang yang berlari ke arah kami. Seorang senior berlari kecil kearah kami.

"Kenapa Nis?"

"Metha kesurupan lagi!" ucapnya. Membuat kamu saling pandang. "Cepat lo urus dia! Dia ngamuk tuh!"

Kak Satya mengangguk, kami langsung pergi menuju ke ruang kesehatan di kampus ini. Dan benar, keadaan disana keos lagi, apalagi saat melihat Metha kesurupan.

Ia tertawa lantang, sembari berdiri diatas ranjang yang ada di ruang kesehatan itu.

"Metha!" ucap Kak Satya, Metha malah tertawa, kedua matanya sudah merah. Ia menunjuk-nunjuk Kak Satya, dan kami semua.

"Kalian! Dan dia!" ucap Metha menunjuk dirinya sendiri. "Sudah lancang! Sudah seenaknya saja!"

Aku memberi kode kepada Kak Satya dan yang lainnya. Untuk memegangi Metha, beberapa orang mental termasuk Kak Satya saat akan memegangi Metha.

"Tidak semudah itu Sera!" ucap Marina yang ada didalam tubuh Metha.

"Keluar Marina! Maafkan Metha," ucapku lagi. Marina tidak menjawab, hanya tertawa kencang.

"Kau mau tau! Kenapa aku bisa seperti ini?"

"Petinggi kampus menutup kasus kami! Tidak ada keadilan disini, Sera! Semua orang yang tau, dibungkam! Dibungkam!"

Saat sedang lengah, Kak Satya memegangnya . Membuat ia meronta.

"Lepaskan aku! Lepaskan!" ucapnya memberontak.

Beberapa orang lagi memegangi Metha.

"Pegang keningnya...." suara lirih dengan angin itu berbisik di telingaku. Aku langsung memegang kening Metha.

Membuat dia berteriak kencang.

"Argh!"

Angin kencang mulai menerpa kami, padahal jendela tidak dibuka. Tapi darimana angin kencang itu?

Brak!

Pintu lab komputer tertutup rapat, suaranya begitu kencang. Karena memang ruang kesehatan masih satu lantai dengan lab komputer. Tidak lama setelah itu, Metha pingsan. Aku sedikit mental, kebelakang, karena memang energi yangku keluarkan cukup banyak.

"Ser? Lo gak pa-pa?" Haris langsung membantu aku duduk di tepi ranjang yang ada di ruangan itu juga. Dia mengambilkan aku minum, aku meminumnya. Tubuhku juga sangat lemas.

"Woy! Masa pintu ini tergembok sendiri!"

Kami semua kaget, saat melihat seorang Kakak senior yang berlari masuk ke dalam ruang kesehatan ini.

DEATH  2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang