Aku duduk di ruang makan, setelah selesai membeli makanan tadi. Haris ada didepan ku, sementara, Mia entah di mana."Ser, besok hari pertama masuk kampus, menurut lo gimana?"
"Ya gimana ya, gue coba buat mikir positif sih, tapi..."
Aku terdiam sebentar, mengingat sebuah ruangan yang waktu itu tidak boleh dibuka.
"Kenapa?" Haris menatapku.
"Gue nemuin sebuah ruangan yang aneh."
"Aneh gimana?"
"Ya aneh, gue denger suara minta tolong, terus rintihan kesakitan. Pas mau gue buka pintunya, ada cowok yang cegah gue, buat buka pintu itu."
Haris terdiam, menyimak ceritaku. "Jadi lo gak tau isi ruangan itu?"
Aku menggelengkan kepalaku, sampai sekarang pun aku sangat penasaran dengan isi ruangan itu.
"Menurut lo, di mana tempat 'mereka' gantung diri?" tanyaku penasaran.
"Kalau itu gue kurang tau pasti sih, di mana mereka melakukan gantung diri masal itu." Ternyata Haris juga tidak tau ada di mana. Aku hanya menghela nafas saja.
Aku berdiri, untuk mencuci piring bekas makan. "Sini piring lo gue cuci sekalian."
Haris memberikan piring kotornya. Ruang makan dengan dapur menyatu, jadi kami masih ada diruangan yang sama.
"Lo udah tau dari awal masalah jubah merah Mia?" tanya Haris kepada. Aku masih menyuci piring, sembari mengangguk.
"Serius? Dari kapan?"
"Waktu itu, gak sengaja gue masuk kamar dia. Sebelum kita berangkat ke Jakarta. Dan di balik pintu kamar dia, ada jubah merah itu."
Aku terdiam sebentar.
"Tapi yang buat gue heran, emang jubah gitu banyak di jual di pasaran?" tanyaku kepada Haris. Haris menggelengkan kepalanya. "Dan gue liat, ada noda darah di jubah itu."
"Jubahnya Mia?"
Aku mengangguk. Haris mengambil ponselnya, dan mencoba mencari jubah merah di e-commerce.
"Banyak sih, yang jual jubah begitu," ucap Haris. Aku melihat layar ponsel Haris. "Tapi gak ada yang sedetail punya Mia dan pemuja setan itu."
"Lo masih ingat kan? Jubah yang mereka pake? Waktu itu?"
Aku terdiam mencoba mengingat dengan detail kejadian itu.
"Hampir mirip kan? Tapi yang di jual di online, beda, gak begitu detail," ucap Haris. Aku mengangguk, mengiyakan ucapan Haris.
"Tapi lo yakin? Mia bukan bagian dari 'mereka'?"
"Gue juga gak tau, gue berharap juga gitu. Tapi kejadian aneh banget kan? Gue jadi pusing sendiri."
Aku mengelap tanganku yang basah. Tiba-tiba ponselku berbunyi, ada sebuah telepon dari nomor yang tidak ku simpan.
"Abi nelepon?"
Aku menggelengkan kepalaku. Mengambil ponsel, dan mengangkat telepon tersebut.
"Halo? Ini siapa ya?"
"Sera? Ini Sera kan?"
"Iya, bener. Ini siapa?"
"Hans."
"Eh, Hans? Ada apa?"
"Gue mau ngasih tau sesuatu. Ada hal janggal, tentang pembunuhan di restoran waktu itu."
"A.... Ada apa emang?" tanyaku, melirik Haris yang juga kepo.
"Dari CCTV yang masuk ke dalam toilet itu cuma korban, dan sepupu lo. Gak ada orang setelah itu yang masuk ke dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
TerrorDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...