Menyerang (2)

7.1K 1K 248
                                    

Hai, aku update.
Mood lagi Bagus.

Selamat membaca :)

****

Kak Satya mendekap tubuhku lagi. Dan ia juga mencium puncak kepalaku. "Gue akan lindungi lo. Sampai kapan pun, gue akan melindungi lo. "

"Gue takut Kak..... gue takut... "

Kami masih di sini. Dengan posisi yang sama. Entah sampai kapan. Karena di luar sana kondisi tidak kondusif. "Bagaimana Kak Satya bisa menyamar jadi jubah merah?"

Aku mendongak menatap Kak Satya. "Tadi gue cari lo. Lo gak ada, maaf. Saking senangnya. Gue gak sadar kalau lo gak ada di sebelah gue. Gue juga tadi sempat mukul jubah merah. Dan gue pake jubahnya buat nyamar. Gue juga yang ikat lo tadi. Ketika gue mau bebasin. Banyak jubah merah lainnya. Jadi gue gak bisa langsung bebasin lo gitu aja."

"Makanya gue sengaja kendorin ikatan di tangan lo. Biar gue lebih mudah bebasin lo," ucap Kak Satya.

"Makasih Kak. Lo udah bebasin gue," ucapku sembari menangis.

"Gue yang salah," ucap kak Satya mendekap tubuhku lagi. "Maafin gue," sambungnya.

***

Author POV

"Sialan! Kenapa bisa gagal!" ucap seseorang berjubah hitam.

"Maaf Tuan, sepertinya salah satu di antara kita ada yang berkhianat," ucap sosok jubah merah.

"Bagaimana ini Mas? Penyembahan harus segera di lakukan! " ucap seorang berjubah hitam. Namun, dengan suara perempuan.

"Arghh... Sialan!" teriak jubah hitam murka.

"Tapi Mas, kita masih punya senjata. Senjata yang akan membuat pemilik darah suci itu bertekuk lutut di hadapan kita," sahut jubah hitam tadi. Pria berjubah hitam itu mendongak menatap adiknya.

"Apa itu?"

Tidak ada jawaban. Hanya seringain yang sangat menakutkan yang ia tunjukkan.

***

Sementara itu, Haris dan Langit baru sampai di depan gerbang kampus. Mereka melihat ada mobil Satya di situ. "Mobil Satya masih ada. Kemungkinan mereka belum pulang."

Langit terdiam, sementara Haris mencoba menghubungi Satya. "Sialan, gak di angkat lagi," gumam Haris.

"Gue telpon Sera deh," sambung Haris. Lelaki itu mengotak-atik ponselnya lagi. Dan, sama saja. Tidak di angkat oleh Sera.

"Sama aja lagi, gimana nih?" ucap Haris menatap Langit. Langit terdiam, namun dalam otaknya sedang berpikir. Lalu beberapa menit kemudian, dia mengingat sesuatu.

"Gue baru ingat. Gue selalu sambungin ponsel gue sama ponsel Sera," ucap Langit mengambil ponselnya. Butuh beberapa menit untuk mengotak-atik ponselnya.

"Kita masuk. Gue udah dapat lokasi Sera," ucap Langit. Haris hanya mengangguk, mereka memanjat pagar. Dan menyelinap masuk kedalam.

Baru benerap langkah. Mereka sudah melihat banyak darah yang berceceran di Lantai. "Anjing! Darah siapa ini!" gumam Haris kaget.

Haris menatap Langit. Langit sedang mengendus-endus. "Ini bukan darah Sera," ucap Langit.

Haris dapat bernafas lega mendengarnya. Mereka berjalan lagi, sesuai tujuan. Namun saat akan melangkah, di depan mereka ada beberapa orang berjubah merah. Keduanya mundur. Namun, siapa sangka, bahwa di belakang mereka juga ada manusi berjubah.

"Sial! Kita di kepung," ucap Haris.

"Gue harap. Lo jangan jauh-jauh dari gue Ris," ucap Langit. Mereka saling membelakangi. Untuk saling menjaga satu sama lainnya.

DEATH  2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang