Mia Dan Iblis

8.8K 1.3K 439
                                    


Aku berjalan, bergegas meninggalkan ruangan Mia. Sangat menakutkan, Karena aku yang tidak melihat ke depan. Membuatku jatuh tersungkur di lantai. Aku meringis, merasakan sakit pada lututku. Aku mencoba berdiri, namun sepertinya kakiku terkilir. Karena terlalu paniknya, sosok Mia sangat menakutkan. Aku juga tidak menyangka, kalau Mia akan jadi seperti ini.

Dengan susah payah, aku mencoba untuk berdiri. Hingga akhirnya aku tidak sanggup, aku terjatuh lagi. Kali ini diiringi suara yang lumayan kencang, rasanya sakit, sangat sakit. Oh Tuhan kenapa aku selalu ceroboh begini?  Suara langkah kaki berjalan mendekat ke arahku.

"Shhhh... " Aku masih meringis kesakitan. Duduk dan melihat luka kakiku. Sedikit bengkak, yakin sekali kalau kakiku terkilir. Seseorang berdiri tepat di depanku.

"Ck.... " suara decakan membuatku menatap ke sumber suara. Kak Satya sudah berdiri di depanku. Aku menatap kearahnya. "Dasar nyusahin!"

Meskipun berkata seperti itu. Kak Satya tetap menggendong tubuhku. Aku menatap wajahnya lebih dekat. Sementara ia menatapku dengan datar. Sepertinya dia masih sangat marah karena kejadian tadi. Ya memang aku akui, aku terlalu mengulik privasinya, tapi bagaimana lagi, aku harus tau tentang Kak Ayu, apalagi tentang jubah hitam itu.

"Makanya kurangi sedikit tingkah ceroboh lo itu!" ucap Kak Satya, sembari melangkah. "Nyusahin orang aja."

Aku hanya diam, memajukan bibirku sebal sungguh mulut lelaki ini sangat pedas. Tidak terasa, Kak Satya membawaku ke kamar Kak Ayu. Lalu membaringkan tubuhku. Aku baru tahu jika kakiku memar seperti ini. Kak Satya pergi begitu saja. Tanpa mengucapkan kata apa pun. Bahkan aku belum sempat mengucapkan kata terima kasih.

Aku duduk di pinggir ranjang. Mencoba untuk menggerakkan kakiku, yang terkilir. "Sakit banget sih!"

Aku menghela nafas, dan langsung berpikir, apa aku bisa jalan? Kalau tidak bisa bagaimana dengan besok?

Krettt...

Pintu kamar terbuka lagi. Menampilkan Kak Satya dan baskom yang ia bawa. Ia duduk di pinggir ranjang. Ternyata baskom itu berisikan air dan handuk. Tanpa kata, ia mengusap kakiku yang memar dengan air hangat. Aku kira dia sama sekali tidak peduli denganku.

Aku memperhatikan gerak-geriknya. Ia membalas tatapan mataku. 

"Maaf," ucapku secara spontan. Aku sangat tulus untuk meminta maaf kepada Kak Satya, mengingat kelakuanku sangat keterlaluan. Dan dia  juga masih sangat baik kepadaku.

Dia diam, kedua matanya masih menatapku begitu lekat. Hal itu membuatku salah tingkah tentunya. Namun, kejadian itu tidak berlangsung lama. Karena setelah itu Kak Satya mengalihkan pandangannya. Dan fokus mengobati kakiku.

Beberapa menit hening. Tidak ada suara, karena baik aku atau pun Kak Satya hanya diam. Hingga akhirnya, Kak Satya membuka suara. 

"Kak Ayu adalah satu-satunya orang yang gue punya."

Aku diam, membiarkan ia menceritakan semuanya.

"Dengan kejadian ini, buat gue kecewa. Gue gak bisa jaga Kakak gue sendiri. Kakak yang sudah membesarkan gue, dengan kasih sayangnya. Padahal, dia sendiri besar tanpa kasih sayang dari Ayah bahkan Ibu." Kak Satya tersenyum masam.

"Waktu itu gue kelas dua SMP. Melihat Kakak gue yang di seret masuk ke dalam mobil ambulans. Dia berteriak, menangis, mengamuk. Padahal paginya, dia masih menyiapkan makanan buat gue. Gue terpukul, kenapa ini terjadi? Kenapa orang satu-satunya yang gue punya harus bernasib seperti itu?"

"Gue juga masih ingat. Ketika Kakak gue di ancam dengan sosok orang berjubah hitam. Yang sama sekali gue gak tahu siapa dia. Waktu itu, gue hanya di suruh ngumpet di dalam lemari. Karena Kakak gue takut, sosok itu akan mencelakai gue."

DEATH  2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang