Patah Hati

7.8K 1.2K 229
                                    

Setelah selesai membeli makanan di kantin rumah sakit, aku dan Abi kembali ke tempat Mia dirawat. Sembari membawakan makanan untuk
kak Satya juga Haris. Namun aku hanya melihat Kak Satya disana, duduk bermain ponselnya.

"Kak? Harus mana?" Tanyaku.

"Lagi di toilet, udah?" Kak Satya menyimpan ponselnya menatap kami. Aku mengangguk, tidak berapa lama Haris datang, masih dengan wajah masamnya.

"Nih, aku udah bawain makanan buat kalian, nasi goreng."

"Ayo makan," ucapku, membuka bungkusan nasi goreng dan memberikannya kepada Kak Satya juga Haris. Karena aku dan Abi sudah makan tadi.

Tiba-tiba ponsel Abi berbunyi, ia berjalan meninggalkan kami untuk mengangkat telepon.

"Enak tau nasi gorengnya," ucapku kepada mereka. Kak Satya mau makan, tapi Haris nampak tidak nafsu makan.

"Makan lah Ris, misi kita masih banyak, lo mau sakit?" ucapku.

"Gak nafsu gue. Iblis sialan, gue janji bakal bunuh mereka."

Kak Satya yang sedang makan tiba-tiba tersedak mendengarnya.

"Eh kak minum," ucapku membukakan tutup botol minuman yang ku beli juga.

Kak Satya meminumnya, lalu mengatakan. "Gila aja, emg bisa?"

"Maksudnya gue bakal bunuh dan binasa sampe akar-akar sekte sesat itu," ucap Haris mengoreksi ucapannya.

"Gak semudah itu."

Kak Satya menatap kami semua, "Kita harus menyiapkan tenaga. Karena kita akan menghadapi mereka dengan cara kita sendiri."

Aku mengangguk paham, benar kata Kak Satya, kami harus menyiapkan banyak tenaga agar bisa melawan para pemuja setan itu.

"Sayang, guys, gue harus pergi dulu ada kerjaan mendadak, nanti gue kesini lagi." Abi datang, ia nampak buru-buru.

Abi mendaki, mengecup keningku, sebelum akhirnya dia pergi lebih dulu. Entah mungkin saja urusan kerjaan, aku juga tidak tau.

***

Aku mengedipkan mata, begitu merasakan seseorang mengelus kepalaku. Aku mendongak menatap Abi yang tengah tersenyum sembari menatapku.

"Eh maaf, kamu jadi kebangun," ucap Abi tersenyum

"Kamu capek? Tidur lagi sini," ucap Abi lagi menepuk bahunya.

Aku menggelengkan kepalaku. Merenggangkan sedikit tubuhku yang sakit, jam berapa ini? Tiba-tiba Abi pergi begitu saja, apa aku sedang bermimpi? Kami masih di rumah sakit. Aku melihat di seberang sana ada Haris dan Kak Satya yang tengah tertidur. Lalu aku berdiri, dan menatap Mia dari cela pintu yang sedikit ku buka, untuk mengecek keberadaan Mia.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali. Tentang apa yang kulihat kali ini. Sungguh-sungguh di luar dugaan ku. Aku melihat banyak sosok jubah merah berjalan melingkari kasur Mia. Sosok-sosok tersebut juga membaca sebuah mantra, yang dapat ku dengar.

Karena aku merasa bahwa aku halusinasi, apalagi aku baru bangun tidur. Namun, pada saat aku mengucek-ngucek mataku hasilnya tidak berubah. Orang-orang itu masih berjalan melingkar dengan nada-nada matra yang mereka ucapkan. Apa yang tengah mereka lakukan? Dan siapa mereka semua?

Aku terus mengamati mereka. Lalu tiba-tiba sebuah cahaya datang. Sosok itu lagi! Sosok lelaki bertanduk dengan wajah yang mengerikan. Sosok itulah yang pernah aku lihat dalam diri Mia. Sosok itu duduk bersila, melayang di atas tubuh Mia.

Para jubah merah menunduk, seraya menyembah makhluk itu. Sontak secara reflek aku membaca ayat kursi. Dengan pandangan yang tidak pernah teralihkan ketika melihat mereka. Semakin kencang bacaan ayat kursi dari dalam mulutku. Semakin kencang juga mantra-mantra yang mereka ucapkan.

DEATH  2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang