Seminggu, setelah kematian Pak Udin.
Aku bangun tidur, menatap langit-langit kamar. Suara adzan subuh berkumandang. Aku mengambil ponsel lalu menatap sebuah pesan. Pesan dari Abi tentunya. Siapa lagi, kalau bukan kekasihku itu.
Aku membuka pesan tersebut.
Bangun, udah subuh. Jangan lupa sholat subuh. Lari pagi sekalian.
Isi pesan dari Abi, membuatku jadi melek membacanya. Aku membalas pesan tersebut. Lalu beranjak dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu.
Aku masuk kedalam kamar mandi, memandangi cermin mencuci muka dan gosok gigi terlebih dahulu. Saat sedang menggosok gigi, ada sebuah bayangan hitam lewat di belakang ku.
Aku menghentikan aksi menggosok gigiku. Kedua bola mataku melirik ke kanan dan ke kiri. Masih saja mencekam, padahal ini sudah subuh. Tapi mengingat kejadian akhir-akhir ini, setan di sini memang cukup brutal menunjukkan wujudnya.
Tiba-tiba suara shower terdengar, padahal tidak ada siapa-siapa di sini, hanya aku.
"Siapa sih? Gak usah jahil kenapa!" ucapku kesal, pagi-pagi begini sudah membuat mood ku buruk saja.
Aku berjalan menuju kamar mandi, menutup shower , dan langsung melanjutkan aktifitas ku. Kedua mataku masih was-was, melihat kanan-kiri, takut tiba-tiba "mereka" muncul.
Setelah memastikan tidak ada apa-apa. Aku segera keluar dari kamar mandi. Dan setelah itu, berwudhu untuk, menunaikan sholat subuh.
****
Setelah sholat subuh. Aku berganti pakaian menjadi pakaian olahraga. Hari ini, aku ingin lari pagi. Di sekitaran kompleks saja. Eum, mungkin karena tadi Abi yang menyuruhku untuk berlari pagi. Bukan kah, lari pagi juga bisa mengurangi stres?
Aku keluar kamar, menuruni anak tangga. Dengan handuk yang ku pegang di tanganku. Di bawah, aku melihat Papa yang sedang mengobrol dengan Mama.
"Mau kemana kamu, Sera?" tanya Papa mengerutkan keningnya. Papa sedang menonton TV, sembari mengobrol dengan Mama.
"Kalau Sera pake baju olahraga apa Sera mau bertanam, Pa?" sahut Mama. Papa yang sedang menyeruput kopinya seketika tersedak.
"Ya jelas tidaklah, Ma. Kalau pake baju olahraga, itu artinya dia mau olahraga," ucap Papa. Aku tertawa pelan mendengarnya.
"Itu Papa tau, kenapa Papa harus bertanya lagi?" ucap Mama. Aku hanya menggelengkan kepala. Kenapa mereka jadi berdebat, dengan hal sepele ini?
"Bukan gitu, Ma. Papa heran, biasanya setelah sholat subuh pasti dia tidur lagi," ucap Papa. Mama tertawa.
"Itu kan dulu, sebelum pacaran sama Abi," ucap Mama. Tunggu dulu, kenapa jadi menjurus ke hubunganku dengan Abi?
"Oh iya, pacarnya polisi. Mendadak jadi rajin olahraga," goda Papa. "Bukankah begitu sayang?"
"Kenapa jadi menggoda Sera sih? Sudahlah, Sera mau lari dulu. Keburu siang nanti, " ucapku kepada Mama dan Papa sengaja kabur, agar mereka tidak menggodaku lagi.
"Sera, kalau kamu sudah siap. Biar Mama lamar kan Abi buat kamu," teriak Mama dari dalam rumah.
Aku hanya tersenyum geli. Apa tadi lamar kan? Bukannya lelaki yang harus melamar. Kenapa jadi aku pula? Ah, ada-ada saja Mama ini. Aku menggelengkan kepala, lalu lari keluar halaman rumah.
"Selamat pagi, Non," sapa Pak Ujang. Satpam baru di rumahku. Entah sudah satpam yang ke berapa, Karana semenjak kejadian itu, banyak pekerja dirumah yang keluar masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)
KorkuDILARANG PLAGIAT! PLEASE! KALAU PUNYA OTAK DI PAKE BUAT MIKIR! BTW COPYRIGHT BERLAKU LOH! Misteri kematian Tiara telah terungkap. Namun, terungkap semuanya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan, di luar nalar. Belum lagi arwah Tiara yang terus meren...