Ketua BEM

10.3K 1.2K 405
                                    

Nata adalah kakak kelasku, dia sudah meninggal beberapa tahun lalu. Lalu kekasihnya, Fiza mencoba membangkitkan Nata kembali. Sekarang Fiza sudah meninggal, lalu apa Nata berhasil di bangkitkan?

Aku masih syok, sangat syok. Lututku rasanya sangat lemas mengetahui fakta ini. Nata berhasil di bangkitkan, oleh darah teman-temanku, termasuk Tiara kembaranku. Berarti pemujaan pada malam itu berhasil'

Aku hanya diam, menatap lelaki yang semakin berjalan menjauh. Beberapa kali juga, aku menepuk pipiku pelan. Berharap ini hanya mimpi. Namun, nyatanya ini bukan mimpi. Ini nyata! Yah, Nata yangku lihat adalah Nata yang nyata. Bagaimana semua ini bisa terjadi?

Aku masih ingat betul semua tentang Nata. Dan ini semua juga sinkron dengan mayat Nata yang juga hilang beberapa minggu lalu. Kalau Nata ada di sini. Berarti, mayat Nata berhasil di hidupkan kembali.

"Sera.... " Suara dan tepukan ringanku rasakan di bahuku. aku mendongak ke sumber suara.

" Eh, hai," ucapku. Aku mencoba menormalkan ekspresi wajahku di depan Mia dan Haris.

"Lo ke mana aja sih? Doyan banget ngilang," cetus Mia menatapku heran.

"Gue.... Gue dari toilet," ucapku berbohong.

"Bener? Lo dari toilet? Perasaan toilet di arah sana deh. Kenapa lo jadi kesini?" ucap Mia yang semakin curiga denganku.

"Ah, lo Mi. Masalah toilet aja di ributin. Mending sekarang kita ke aula. Sebentar lagi ospek bakalan di mulai," ucap Haris melerai kami. Dalam hati aku berterima kasih kepada Haris. Karena dia sudah menyelamatkan ku kali ini.

Kami pun, berjalan menuju ruang aula. Mia berjalan lebih dulu, dan Haris bersamaku. Haris menatap kearahku.

"Lo gak pa-pa?" tanya Haris. aku mengangguk.

"Yakin, Ser? Muka lo kelihatan pucat banget deh," ucap Haris benar-benar memastikan. Aku menghentikan langkah kakiku, ingin menceritakan semuanya kepada Haris.

"Ris, gue liat....."

"Hey! yang disana! ngapain? cepat masuk!" teriak senior dari ujung koridor. Aku mengurungkan niatku untuk mengatakannya kepada Haris. kami buru-buru berjalan kearah aula.

***

Kupikir, ketika memasuki aula tidak banyak yang mendaftar di universitas ini. Tapi nyatanya, banyak sekali mahasiswa baru. Aneh, bukannya universitas ini tidak begitu terkenal. Namun, kenapa banyak sekali yang mendaftar di universitas ini?

Aku, Mia, dan Haris, kami mencari tempat duduk kami. Suara bising terdengar. Ada yang sedang mengobrol dengan asyiknya. Ada juga yang sedang saling olok. Sangat ramai di sini. Seperti kehidupan di kampus pada umumnya.

Hingga seseorang lelaki duduk di sebelahku. Lelaki itu menggunakan kacamata, dan juga tersenyum ramah kepadaku.

"Eh, boleh gabung, kan," ucapnya kepadaku.

"Oh iya, boleh kok. silakan aja," ujarku tidak melarang sama sekali.

"Kenalkan, nama gue Mahesa," ucapnya lagi. Kali ini, lelaki itu mengulurkan tangannya dengan sopan.

"Oh, hai Mahesa. Gue Sera, salam kenal," ucapku membalas jabatan tangannya, mencoba bersikap se-ramah mungkin.

Haris yang duduk di sebelah kiriku menyenggol lenganku pelan. Dan aku pun, melihat menatap Haris. "Kenapa?" tanyaku.

"Lo ngomong sama siapa?" tanya Haris, sembari menatap Mahesa. Mahesa tersenyum menatap Haris.

"Oh dia, dia Mahesa. Kenalan gih, kan lumayan punya teman baru," ucapku. Dan Haris pun berkenalan dengan Mahesa. Lalu, Mia juga ikut berkenalan dengan Mahesa.

DEATH  2 (Berpetualang Ke Alam Gaib)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang