Anara kini sudah berada di sekolah nya, dia sudah sampai lebih dulu ke kesekolah di banding teman-temannya Vina dan Karina.
Anara duduk sambil menenggelamkan wajahnya di atas tangan nya yang bertumpu dibatas meja.
Tanpa Anara sadari sudah ada seseorang yang berdiri di depan nya. Kelas Anara masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang sudah datang
"Ekhem."
Anara sontak mendongak'kan kepala nya, melihat siapa yang sudah mengganggu ketenangan nya.
"Loh Gavin, ada apa?" Tanya Anara.
"Lo kenapa, kok wajahnya kusut banget." Tanya Gavin.
"Gak apa-apa, kenapa Pin, kok tumben ke kelas gue?" Tanya Anara.
Gavin pun menarik kursi yang berada di sebelah meja Anara, lalu menduduk'kan dirinya dengan posisi Anara menatap dirinya dan Gavin menatap lurus ke arah depan.
"Apa kabar Ra? gue tau apa yang lo rasain saat ini," Tanya Gavin.
"Mau sampai kapan sih, kita harus terus berpura-pura kaya gini Pin?" Tanya Anara.
"Haaah...! Gue juga gak tau Ra, kondisinya Arga benar-benar tidak baik Ra, apa lagi mental nya." Ucap Gavin, dengan nada datar namun raut wajah nya sedih.
"Kangen Arga yang dulu Pin," Ucap Anara, yang tanpa terasa bulir air matanya jatuh menetes.
Gavin pun tahu kalau Anara mempunyai perasaan begitu besar ke Arga.
Gavin menoleh menatap mata Anara, yang kini menatap kosong ke arah jendela.
Gavin berpindah duduk di sebelahnya, tangan Gavin terulur menghapus air mata Anara, lalu mengusap pucuk kepala Anara.
"Lo hebat Ra, lo kuat, gue yakin. Suatu saat pasti Arga akan sadar dan ingat kalau dia punya lo yang sangat mencintai nya, percaya sama gue Ra." Ucap Gavin.
"Tapi kapan Pin, gue udah gak kuat, ini sakit, sangat sakit Gavin, hiks...,hiks..."ucap Anara, di sela tangis nya.
"Sabar yah, masih ada gue dan bangki yang akan terus bantu buat mengembalik'kan kebahagiaan lo dan Arga." Ucap Gavin yang berusaha menenangkan Anara.
"Lo tenang yah, nih minum, biar lo agak tenang, gue balik ke kelas takut yang lain nya liat." Gavin beranjak dari kursinya lalu mengusap pucuk kepala Anara.
"Lo kuat, lo peri kecil kita Ra, peri kecil nya Arga, gue, dan bangki." Ujar Gavin.
Anara hanya mampu menganggukkan kepalanya. Benar, yang di katakan Gavin dirinya harus kuat biar bisa bahagia dan lepas dari bayang-bayang masa lalu.
Namun saat Gavin akan keluar dari kelas Anara tiba-tiba berpapasan dengan Vina dan Kirana.
"Dih! lo ngapain Pin? pagi bener udah dari kelas gue." Tanya Kirana.
"Emang nya kenapa? kalau gue ke kelas lo? ada larangan, gak 'kan?" Jawab Gavin.
"Dasar Gapin." Cibir Kirana.
Gavin langsung berjalan menuju kelas nya sambil memasukan kedua tangan kedalam saku celana nya
"Kirana, lo.beneran gak naksir sama Gavin?" Tanya Vina.
"Ogah banget gue! naksir sama cowo tengil kek gitu." Jawab Kirana.
"Jangan ngomong gitu Kirana, entar naksir beneran tau rasa lo." Balas Vina memperingati Kirana.
"Gak! bakalan yah, sorry." Ujar nya.
"Kalau lo beneran suka sama tuh Gavin, gue orang pertama yang bakalan ngetawain lo Kirana," Ujar Vina kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGANARA (TERBIT)
Teen FictionSayang dan cinta nya seperti senja, meski tenggelam dan meninggalkan nya namun ia akan kembali, meski dirinya tahu itu akan berulang namun ia tetap bertahan. Dunia ini luas, namun mengapa kehidupan seorang Gavin terasa begitu sunyi, apa benar dunia...