Arga selalu pintar menahan amarah nya jika berhadapan dengan lelaki paruh baya di hadapannya kini, dia adalah Edrik pradipta, seorang pengusaha terkenal sukses di kotanya, siapa yang tak mengenal pengusaha satu ini.
"Ar, mau sampai kapan kamu kaya gini terus?" Tanya Edrik.
"kamu itu anak papah satu-satu nya Ar, kamu itu harapannya papah." Ucap Edrik lagi, namun yang di ajak bicara hanya menatap lurus ke depan tanpa berniat menoleh ke sumber suara.
"Jika anda sudah selesai berbicara, silahkan pergi." Balss Arga dengan nada datar.
"Arga! saya ini papah kamu!?"
"Apa masih pantas anda di sebut seorang ayah, setelah apa yang sudah anda lakukan kepada anak dan istri anda!" Ucap nya Arga tajam.
"ARGA!!" bentak Edrik.
Namun bukan Arga namanya jika tidak kuat dengan keteguhan hati nya. Dan keputusan nya yang sudah dia ambil.
Arga merasa sakit jika harus mengingat kejadian-kejadian di masa lalu nya dengan ayah dan keluarganya, Arga merasa sakit, sedih, namun sulit untuk di ceritakan.
Tanpa peduli dengan lelaki paruh baya itu, Arga melangkah keluar dari restauran meninggalkan Edrik.
Namun Edrik segera mengejar Arga, "Arga! dengerin papah dulu, papah melakukan ini semua demi kamu, Ar!" Ucap Edrik dengan suara tinggi.
"Apa yang papah lakukan itu bukan untuk Arga, pah! tapi untuk diri papah sendiri, dan sekarang papah baru bilang ini semua demi Arga, di mana hati nurani papah, dimana hati seorang ayah yang harus aku banggakan, Arga rasa papah tidak pantas di sebut papah bagi Arga." Balas Arga lebih tajam.
PLAK!!
Terdengar begitu keras suara tamparan, Edrik menampar Arga untuk kesekian kali nya.
Ada sepasang mata yang melihatnya terkejut, sampai menutup mulutnya tanpa sadar, Arga yang kini menatap tajam ke arah nya lalu berjalan melewati Nara begitu saja, terlihat dengan jelas di raut mukanya Arga menahan segala kemarahan nya.
Nara merasa takut melihat tatapan tajam dari Arga.
"Apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupmu Arga?" Gumam Nara.
"Anggap aja, lo gak pernah lihat apa yang lo lihat tadi, dan gue harap. lo bisa di percaya." Ucap Arga, yang tiba-tiba kini tengah berdiri di belakang Nara.
Nara terkejut dengan kedatangan Arga yang tiba-tiba, Nara membalikan badannya terus menatap wajah Arga dengan lekat.
Tanpa Nara sadari tangan Nara terulur untuk menyentuh pipi Arga, yang tadi di tampar oleh Edrik ayah Arga. Ada bekas jemari yang tertera di pipi putih Arga.
Arga pun menatap balik mata nara, ada kekhawatiran yang terlihat jelas di mata Nara.
"Jangan pernah menyentuh ku!" Ucap Arga penuh penekanan.
"E-eh, ma-maaf." Ucap Nara gugup.
Setelahnya, Arga pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu kata pun.
"Dih! dasar cowo aneh." Gumam Nara.
"Jangan berubah Ar, gue sakit liat lo seperti ini Ar. Apa yang terjadi smaa kamu? Aku kangen sama Arga yang dulu, Arga yang hangat." Ucap Nara, dalam hati.
********
Kini Arga sudah berkumpul di markas R&K bersama teman-teman nya,
Namun Arga masih terdiam menatap lurus kedepan dan menyendiri di salah satu kursi yang ada di sana."Ar, jangan melamun terus kesambet lo entar." Ucap Gavin, menyadarkan Arga.
"Gue harus gimana pin?" Tanya Arga.
"Ar, jangan dipaksa 'kan jika lo tidak nyaman dengan ini semua, hidup lo ya lo sendiri yang ngatur, bukan orang lain, bahkan bokap lo sekalipun. Karena kebahagiaan lo sendiri yang nentuin, gue percaya sama lo Ar." Ucap Gavin bijak.
"Thanks, Pin." Jawan Arga, yang kini menoleh ke Gavin sekilas.
"Waahh! gemooy, uwuuu, duduk berdua berasa dunia milik berdua." Ucap zidan heboh dengan nada manja yang di buat-buat. Yang justru terlihat menjijikan di mata Arga dan Gavin.
"Jijik, gue Dan liat nya." Ucap Gavin.
"Lo gila ya, Dan?" Tanya Arga, dengan nada sinis.
"Iieeh! kamu mah gituuuu," Ucap zidan lagi dengan nada yang di buat lebih manja.
BUK!!!
"Aaawww! sakit, bego!!" Ujar zidan, yang baru saja mendapat jitakan keras di kepalanya dari Danu yang baru saja ikut gabung.
"Gue tau Dan, lo frustasi karena Putri, tapi bukan berarti lo jadi belok gini Dan," Ucap Danu.
"Sekali lagi lo kaya gitu, gue tenggelemin lo di ciliwung." Ucap Arga.
"Gila lo Ar, sekali ngomong suka nusuk ke dada." Ucap zidan mendramatisir.
"Nanti gue bantu Ar, kalau lo butuh bantuan nyingkirin banci satu ini." Imbuh Gavin sambil melirik ke arah Zidan.
"Salah mulu ade Baaang,"
******
Nara sudah sampai di rumah nya, kini Nara sedang duduk di balkon kamar nya sambil menatap langit.
"Apa yang terjadi dengannya, kenapa dia berubah seperti bukan Arga yang dulu,"
"Kamu kenapa ar? kenapa kamu berubah."
Tanpa Nara sadari kini rizky sudah berdiri di samping Nara, Rizky menepuk pundak Nara pelan.
"Ra, kenapa lagi dengan Arga?" Tanya rizky.
"Bang, dia berubah, dia udah bukan Arga yang hangat lagi, apa yang sebenarnya terjadi Bang?" Tanya Nara dengan nada bergetar menahan tangis.
"Alasannya apa? kenapa kamu bisa ngomong seperti itu Ra?" Tanya rizky balik.
"Tadi Nara gak sengaja liat Arga dan papah nya di depan restauran, Anara gak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi Arga di tampar Om Edrik bang. Nara melihat jelas ada kesedihan dan sakit di mata arga," Nara menceritakan apa yang Nara lihat.
Akhirnya Nara meneteskan air mata nya, Nara memegang dadanya yang terasa sesak jika mengingat Arga.
"Abang yakin dek, kamu bisa melewati ini semua, dia masih Arga yang dulu, Abang yakin itu." Rizky berusaha menenangkan adik satu-satu nya ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
ARGANARA (TERBIT)
Teen FictionSayang dan cinta nya seperti senja, meski tenggelam dan meninggalkan nya namun ia akan kembali, meski dirinya tahu itu akan berulang namun ia tetap bertahan. Dunia ini luas, namun mengapa kehidupan seorang Gavin terasa begitu sunyi, apa benar dunia...