ENAM BELAS

115 46 0
                                    

Saat ini Arga dan teman-temannya sudah berada di parkiran sekolah, namun formasinya terlihat ada yang kurang.

Saat Anara turun dari mobil nya ber papasan dengan Vina yang baru saja turun dari ojek online nya.

"Ra lo, berangkat sama siapa? " Tanya Vina.

"Di anter  Abang tadi, " Jawab nya, "masuk yuk."

"Oh iya, Ra semalam Danu aneh banget deh," Tutur Vina.

"Aneh gimana?"

"Masa si Danu ngerasa curiga kalau Gavin tuh ada rasa sama Kirana, ngaco aja 'kan yah?" Cerita Vina yang di akhiri kekehan.

"Kan bisa aja vin, kita tidak ada yang tau,"

"Lo gak cemburu Ra? Kalau misal nya nanti Gavin sama Kirana," Tanya Vina.

"Ya gak lah, gila aja lo." Jawab Anara enteng.

"Lo gak takut gitu, kalau nanti Gavin udah sama Kirana terus perhatian nya Gavin ke Kirana semua dan lo di nomer duakan,"

"Iya sih vin, emang selama ini tuh Gavin  selalu ada buat gue, Gavin penyelamat dan pelindung gue Vin, jujur, gue ada rasa iri jika nantinya Gavin lebih perhatian sama Kirana. " Ujar Anara sedih.

Tanpa mereka sadari sudah ada Kirana di belakang mereka sudah Kirana duga kalau Anara cemburu padanya jika Gavin lebih perhatian terhadap dirinya.

Persahabatan jauh lebih baik, karena bagi Kirana keluarga nya saat ini adalah sahabat-sahabat nya bukan lagi kedua orang tuanya yang tak pernah mempedulikan keberadaan Kirana.

"Hayo, loh! Pagi-pagi udah gibah aja," Sapa Kirana mengagetkan kedua nya.

"Astaghfirullah. Bego loh, Ran kaget gue, " Ucap Vina kesal.

"Tau loh, kalau kita jantungan gimana?" Imbuh Anara kesal.

"Ya maaf,"

"Pagi beb,"sapa Danu, yang langsung di balas senyuman manis Vina, yang membuat Danu makin gemas melihat nya.

"Pagi juga."

"Lebay lo berdua! " Cibir Zidan.

Arga yang masih duduk di atas motornya kini menatap Anara sekilas, namun tidak dengan Anara, gadis itu terus menatap Arga tanpa mengalihkan pandangan nya.

"Ra, lo baik-baik aja 'kan? " Tanya Danu.

"Kenapa?" Jawab Anara cepat.

"Lo baik-baik aja 'kan? " Tanya Danu sekali lagi.

"Iya. Loh, Gavin mana? " Tanya Anara.

"Iya, kok gak ada Gavin?" Imbuh Kirana.

"Ciee..., Kirana nyari'in Gavin, " Goda Zidan.

"Diem lo Dan. Bukan cuma gue yah, Anara juga nyari in tuh." Bela Kirana.

"CiieeCiiee..., kok pipinya merah." Goda Zidan lagi.

"Zidan!! diem gak, lo!" Kirana merasa geram yang selalu di goda Zidan seperti itu, ada rasa senang sih, pas Zidan goda dirinya soal Gavin, namun lagi-lagi Kirana mengingat ucapan Anara.

"Udah Dan, kasihan anak orang." Ujar Arga, yang masih fokus ke ponsel nya.

"Hay, sayang!" Sapa Iren yang langsung memeluk lengan kanan Arga, dan Arga tersenyum kepadanya lalu mengelus pucuk kepala Iren lembut.

"Hay, sayang. " Jawab Arga.

Sontak Anara memegang dadanya, terasa sakit namun tak berdarah, terasa sesak saat Anara melihat interaksi Arga dan Iren yang begitu intens.

Kirana yang tau melihat ekspresi Anara pun sontak menarik tangan Anara menjauh dari mereka.

"Kelas yuk!" Ajak Kirana.

"Takut gue, ada ulet bulu, takut ketularan gatel nya." Cibir Zidan yang langsung pergi di susul Vina dan Danu.

                           •••••••••••••            

Lelaki dengan perawakan tingi dengan tubuh atletis semakin terlihat berbeda dengan pakaian nya yang serba hitam, yang kini tengah berdiri memandang gundukan tanah yang  tak lain adalah makam seseorang yang amat sangat di rindukan Gavin, iya, lelaki itu adalah Gavin.

"Asalamualaikum, Dira my sweat heart, maaf yah lama aku tak mengunjungi mu." Ucap Gavin setelah meletakan bunga mawar di atas makam Dira, lalu mengelus nisan yang bertuliskan Dira Wijaya.

"Maaf. Ya, sayang bukan aku bermaksud mengkhianati mu, tapi aku sendiri juga belum tau dengan perasaan ini," Ucap Gavin sambil menunduk.

"Bagaimana kabarmu sayang. Kamu kangen juga kan sama aku? Bagaimana? sudah bertemu Mamah Papah ku 'kan? maaf yah, kali ini aku bolos lagi." Ujar Gavin lagi, yang di akhiri kekehan kecil.

Gavin tau seberapa banyak pun pertanyaan dan ungkapan yang Gavin lontarkan tidak akan ada balasan nya.

Karena yang Gavin rindukan sudah tenang, sudah nyaman, dengan tidur panjang nya.

"Kamu tau gak? Anara udah balik, Anara udah bareng lagi sama aku, Arga dan bang Rizky, Aku harus gimana sayang, ayo kasih tau aku? apa yang harus aku lakukan" Gavin tiak bisa menahan air mata nya, Gavin menangis sejadi-jadinya di atas makam Dira sang kekasih yang sudah istirahat untuk selama nya.

Setelah Gavin mencurahkan isi hatinya dan mencurahkan kerinduannya terhadap Dira, dirinya lalu pergi menuju kantor Rizky.

Sesampai nya di sana Gavin menuju meja resepsionis untuk menanyakan keberadaan Rizky.

"Permisi, pak rizky ada di ruangan nya tidak yah?" Tanya Gavin.

"Sebentar ya pak."

"Silahkan pak Gavin anda di suruh menuju ke ruangan nya sekarang,"

"Baiklah, terimakasih."

Tok tok tok

"Masuk."

Gavin pun masuk lalu mendudukan dirinya di sofa ruangan Rizky, Rizky pun berdiri dari kursi kebesarannya berjalan mendekat ke arah Gavin.

Lalu duduk di hadapan Gavin, menatap Gavin yang kini menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

"Kenapa bolos?" Tanya Rizky.

"Pengin aja Bang," Jawab nya tanpa merubah posisi duduk nya.

"Lo habis dari makam Dira?"

"Iya," Jawab Gavin.

"Gue tau bagaimana perasaan lo, lo adik gue, gue gak suka liat lo seperti ini terus, soal Kirana___,"

"Gue gak mau bahas Kirana bang, gue sama Kirana tidak ada perasaan apapun." Ucap Gavin lagi.

"Gue gak mau, lo nyakitin kirana, bagaimana pun juga gue udah anggap kirana seperti adik gue, sama kaya gue anggep lo, Anara dan yang lain nya. " Ujar Rizky.

"Makasih Bang, udah perduli sama gue."

Rizky sangat paham hati nya Gavin saat ini, pasti hati dan perasaan Gavin sedang kacau. Tak biasanya Gavin akan memeluk dirinya selama ini kalau tidak sedang baik-baik saja.

Rizky yakin kalau Gavin sedang membutuh kan seseorang yang bisa menenangkan nya.

                          ••••••••••••••               

ARGANARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang