EMPAT PULUH DUA

85 24 10
                                    

//minggu 10:45 pagi

Setiap masalah pasti ada solusi, entah itu datang dari orang terdekat ataupun orang yang paling tidak kita kenal sekalipun.

Tak menjamin seseorang itu akan hidup nyaman dan tenang, hanya dengan kekayaan dan nikmat duniawi saja.

Kesuksesan tidak mengenal usia, tidak tua, tidak muda, selagi kita masih punya niat dan kemauan yang tinggi, maka kesuksesan akan terlihat di depan mata.

Gavin mahendra, seorang remaja yang menghargai arti sebuah kebersamaan dan proses menjalani hidup. Remaja sebaya nya kebanyakan masih bisa menikmati dunia kebebasan tapi tidak dengan nya. Gavin yang mengharuskan dirinya berkecimpung di dunia bisnis karena hidup nya sudah tidak bisa lagi bergantung dengan kedua orang tuanya yang sudah berpulang menghadap Illahi.

Sedangkan Arga, ia harus bekerja ekstra, karena dirinya menolak segala pemberian Papah nya, Arga masih menyayangi Papahnya, namun luka yang di toreh membuat Arga memendam dalam rasa sayang nya.

"Gimana? kalian berdua setuju 'kan?" Tanya bang Rizky.

Saat ini ke empat nya sedang berada di gedung kantor bang Rizky maheswari.

"Ini tidak hanya menyangkut soal bisnis, tapi ini sudah menyangkut, orang yang tidak ada sangkut paut nya di dunia bisnis ini." Imbuh kak Ken.

"Kita harus waspada, jangan sampai lengah, gue percaya sama lo berdua, meskipun kalian masih di bilang amat sangat muda, tapi pengalaman kalian berdua sangat tidak di ragukan," Ujar Rizky.

//rumah Gavin 15:00

Kirana seharian merasa jenuh, meskipun ada dokter Nasya yang menemani nya.

"Gavin, kapan pulang nya, sih, kak?" Tanya kirana, Nasya tersenyum geli, karena ini bukan pertama Kirana memberi pertanyaan yang sama kepadanya.

"Kaka gak nyangka loh kira, ternyata efek nya Gavin ke kamu sangat luar biasa." Ucap dokter Nasya, sambil terkekeh geli.

Belum juga Kirana menjawab, sudah terdengar suara suruh dari bawah.

"Kayanya, mereka pulang deh, kak." Ujar Kirana, yang kini mulai menuruni anak tangga rumah Gavin.

"Eits! Tunggu, tunggu." Cetus Zidan.

Mata Zidan dan teman-temannya, memicing seolah memberi tanya kepada Kirana.

"Kenapa lo, turun dari atas, bukannya kamar tamu di rumah ini ada di bawah yah?" Tanya Zidan, dengan senyum jail nya.

"Hayo! Lo semalam habis ngapain?" Goda Vina.

"Iya, hayo! Mana rambut nya basah lagi." Imbuh Anara, mereka sengaja menggoda kirana, mereka tahu betul bagaimana Gavin, tidak mungkin Gavin dan kirana melakukan suatu hal yang melampaui batasan.

"Anjir! Anara udah hafal cuy!" Imbuh Danu.

"Semalam ya, tidur, namanya juga mandi ya, rambut nya basah lah!" Jawab kiran santai

Mereka berkumpul di ruang keluarga, lengkap dengan pasang-pasangan mereka.

"Gak yakin gue," Goda Putri.

"Apaan sih, pikiran kalian ambigu deh." Ujar kirana kesal.

Dokter Nasya yang semula hanya berdiam diri menatap mereka dari lantai atas, kini mulai menuruni anak tangga mendekat ke arah mereka.

"Anjir! Ternyata Gavin, tidak hanya nyimpen satu tapi dua," Ujar Zidan dengan nada semangat.

Kirana menonyor kepala Zidan, yang membuat nya terjungkal ke samping.

ARGANARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang