SEMBILAN BELAS

111 45 0
                                    

Dua minggu sudah Kirana tak bertegur sapa dengan Vina dan Anara, selama itu pula Kirana lebih banyak diam dan menyendiri.

Banyak yang mendekati nya ingin berteman dengan dirinya namun Kirana membatasi diri berinteraksi dengan orang lain.

Tubuh Kirana kian hari kian terlihat kurus, makan tak teratur, lingkar hitam di bawah mata nya semakin terlihat, luka sayatan yang dirinya ukir kian banyak di lengan nya.

Kirana berusaha kuat menghadapi kehidupan nya, sekuat nya pula Kirana berusaha untuk tetap tersenyum se akan tidak terjadi apapun dalam hidup nya.

Kirana sedang berjalan di Koridor menuju kelas nya, tanpa sengaja berpapasan dengan teman-teman nya.

Kirana tetap menunduk fokus ke buku yang ada di tangan nya, Kirana tau kalau mereka melihat nya.

"Eh. Gue perhati'in Kirana makin hari makin kurus, ya, gak sih?" Tanya Zidan.

"Iya Dan, gue juga mikir nya gitu," Balas Danu.

"Gue juga heran deh, sebenarnya Kirana kenapa sih, panu an atau gimana, kenapa coba, gak pernah lepas tuh sweater dari tubuh nya." Imbuh Zidan.

"Udah lah, itu 'kan privasi seseorang, jangan berprasangka buruk," Ucapan Gavin sontak membuat Anara memicing'kan mata nya.

"Terus aja bela in." Balas Anara.

"Ra. Lo sebenar nya nganggep Gavin apaan sih? " Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Arga.

Nara tak bisa menjawab pertanyaan Arga, karena sudah jelas dalam hati Anara hanya ada Arga, namun Anara juga tidak mau Gavin membagi perhatian nya ke orang lain. Egois, itu memang pas untuk Anara saat ini.

"Hay, sayang. "

"Dih! merinding gue, ada suara gak ada orang nya." Ucap Zidan.

"Mata lo buta, gak lihat apa, ada cewe secantik gue di sini." Balas Iren sinis.

"Cuma lo doang lampir yang ke PD an ngaku cantik. " Cibir Zidan.

"Sabar Dan, 'kan lo tau, biasa nya cewe yang gak cantik suka ngaku nya cantik. " Balas Danu.

                          ••••••••••••

Selama jam pelajaran berlangsung Anara dan Vina saling berpandangan seolah bertanya ada apa.

Selama jam pelajaran Kirana terlihat tak tenang di tempat duduknya, keringat dingin sudah mengalir di dahi Kirana, wajahnya kian pucat pasih.

"Kirana, kenapa kamu tak memperhati'kan pelajaran!" Tegur pak Bian.

"Maaf Pak," Jawab Kirana dengan nada lirih.

Pak Bian mendekat ke arah Kirana, lalu menunduk menelisik wajah Kirana yang semakin pucat.

"Kamu sakit?" Tanya Pak Bian.

"Iya pak, saya memang lagi kurang enak badan." Balas Kirana sopan.

"Ya sudah, kamu ke UKS saja istirahat, bisa sendiri atau mau ditemenin Anara atau Vina? " Tawar pak Bian, karena setau Pak Bian mereka bertiga berteman lumayan dekat.

Kirana melirik ke arah mereka, keduanya membuang muka saat Kirana melirik nya.

"Saya bisa sendiri pak,"

"Baiklah."

Kirana berusaha berjalan menuju UKS, pandangan Kirana kian kabur, kepalanya kian berat dan sedetik kemudian pandangan Kirana tiba-tiba  menggelap.

ARGANARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang