DUA PULUH TIGA

108 41 0
                                    

Kirana dan Vina kelimpungan gak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan, semuanya terjadi begitu cepat.

"Vina, gimana kalau Nara kenapa-napa? " Tanya Kirana khawatir, air mata nya sudah membasahi pipi nya sedari tadi. Mereka berpelukan untuk saling menguatkan.

"Tenang yah, pasti Nara baik-baik saja, " Ucap Vina yang berusaha menenangkan Kirana yang lebih panik, walaupun dari dasar hari nya Vina dirinya juga lebih panik dari Kirana.

Setelah beberapa menit Gavin, Danu dan Zidan sampai juga di sekolah, mereka berlari menuju Kirana dan Vina yang sedang menangis di depan gerbang sekolah.

"Kirana." Panggil Gavin, langsung memeluk tubuh mungil Kirana.

Tidak hanya Kirana, kesedihan juga amat sangat terlihat di wajah Vina yang kini menangis di pelukan dan5u sang kekasih. Saat mereka hendak pergi tiba-tiba putri datang menghampiri mereka.

"Zidan! gue tahu, siapa yang bawa Nara. " Ucap Putri.

Sontak membuat kelima nya menatap serius ke arah Putri yang saat ini sudah berdiri di belakang kelima nya.

"Lo gak becanda 'kan Put?" Tanya Zidan, yang kini juga menatap serius ke arah Putri.

Zidan memegang lengan putri kuat, membuat Putri meringis karena sakit, Zidan begitu keras mencengkram lengan Putri, sangat terlihat jika Zidan bukan sedang main-main dengan emosi nya. Padahal biasa nya Zodan bertingkah konyol namun, saat ini berbeda.

"Gak Dan, aku gak sengaja memotret saat Nara di bawa sama beberapa orang masuk ke dalam mobil." Jelas Putri.

"Lo tahu akibat nya 'kan, kalau lo main-main sama gue. " Ujar Zidan dengan nada serius.

Putri mengangguk'kan kepala nya, Putri sangat paham bagaimana marah nya lelaki satu ini, karena Putri pernah menjalin kasih dengan nya cukup lama. Zidan memang humoris, tapi bisa berubah menyeramkan jika emosi sudah menguasi diri nya.

"Dan, lo harus tenang, bukan gini juga caranya. " Ujar Danu.

Memang di antara mereka Danu 'lah yang paling bisa  mengontrol emosi nya dan Danu pula yang paling bisa meredam emosi nya mereka jika suatu waktu tak bisa lagi di kontrol. Walaupun Gavin terlihat tenang namun siapa sangka, di balik sikap tenang nya tersimpan banyak hal-hal yang membuat mereka terkejut, jika lelaki itu benar-benar sedang di ambang batas kesabaran nya.

"Pin. Kamu harus kasih tahu bangbang Rizky tentang Nara," Usul Kirana, yang masih menangis di pelukan Gavin.

"Iya, kamu tenang, yah." Balas Gavin.

"Put, gue bisa minta tolong sama lo?" Tanya Gavin. Putri menganggukan kepalanya.

"Gue pinjam kamera lo buat bukti nanti nya,"

"Dan. Gue juga minta sama lo buat datang ke lokasi, ingat! lo harus hati-hati, musuh bisa saja di mana-mana gue gak mau lo kenapa-napa."

"Nu. Tolong hubungi anak buah kita untuk berjaga-jaga, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi kedepannya, " Perintah Gavin.

Memang Gavin sangat mahir mengatur strategi dalam permainan seperti ini. Tak salah bukan? kalau Gavin di juluki otak dari geng nya mereka.

"Zidan sebelum lo dapat info lokasi nya, lobbawa mereka ke markas, dan lo harus pasti 'kan kalau mereka benar-benar aman. " Imbuh Gavin.

"Kamu mau kemana?" Tanya Kirana.

Gavin menangkup wajah sedih Kirana, berbagai perasaan berkecamuk di dalam hati Gavin, Gavin menatap sorot mata kirana seolah tiada hari esok untuk melihat kekasih nya lagi.

"Kamu harus janji sama aku yah. Kamu harus bisa jaga diri, selama aku pergi, aku akan kembali secepatnya." Ucap Gavin.

Gavin menyatukan kening nya dan kening kirana, Gavin memejamkan mata nya, seolah ini sangat berat bagi Gavin, karena berbagai kemungkinan bisa saja terjadi.

"Ayo, waktu kita sudah tak lagi banyak. " Ajak Zidan

"Kamu hati-hati yah,"tangis Vina pecah, seolah berat melepas Danu untuk pergi jauh dari nya, Danu mengelus pucuk kepala Vina lembut.

"Aku janji, aku akan bawa Nara balik ke kita. Kamu harus terus kabari aku yah, kalau ada apa-apa jangan bertindak bodoh," Ujar Danu.

Vina benar-benar tak sanggup melihat Danu pergi, karena Vina sangat tahu resiko seperti apa yang akan Danu dan teman-temannya hadapi.

Zidan mendekat ke arah Putri lalu tangan kanan Zidan terulur untuk menyentuh pipi Putri, tak ada kata yang zidan keluarkan dari mulut nya namun sorot mata nya sudah berbicara.

Vina, Putri dan Kirana beranjak masuk ke dalam mobil, mereka menuju markas bis besar mereka yang tak lain markas nya Rizky kaka nya Anara, yang menurut nya aman buat mereka berlindung saat ini.

//Markas.

Vina dan teman-teman nya sudah sampai sejak setengah jam yang lalu di markas,  Putri menyerah 'kan kamera nya yang berisi 'kan beberapa foto yang tak sengaja Putri ambil.

"Ini bang, foto yang kami maksud,"u
Ujar Vina, sambil menunjukan beberapa foto ke bang Ian anak buahnya bang Rizky dan bang Ken.

"Semoga saja dengan bukti foto ini, kita bisa mengungkapkan siapa yang sudah menculik Anara, " Ujar bang Ian.

"Vina, coba kamu hubungi bang Rizky, tanyakan bagaimana dengan beradaan Arga," Perintah bang Ian, yang langsung di laksanakan oleh Vina.

"Bang rizky gak bisa kita hubungi bang,"

"Shit! pasti ada yang gak beres, " Ucap bang Ian, yang lalu memerintah kan beberapa anak buah nya untuk mengecek lokasi. Entahlah lokasi seperti apa yang mereka maksud.

"Vin, mereka akan baik-baik saja 'kan? " Tanya Kirana yang masih saja menangis.

"Lo tenang yah, pasti mereka akan baik-baik saja. "ucap Putri yang berusaha menenangkan Kirana yang ketakutan.

"Kita harus ngapain bang? Mereka akan baik-baik saja 'kan?" Tanya Vina, yang juga sudah mulai menitipkan air mata nya.

Vina tak tahan lagi, beribu ketakutan dan kekhawatiran nya tiba-tiba melintas di pikiran nya.

"Kalian tenang, jangan panik, pasti mereka baik-baik saja. " Bala Ian.

                        ••••••••••

ARGANARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang