DUA PULUH LIMA

115 40 0
                                    

Anara terduduk lemas di ruang tunggu operasi bersama Vina, Kirana dan juga Putri, air mata nya tak berhenti mengalir di pipinya, dia benar-benar takut kehilangan Arga.

Setelah kejadian yang menimpa mereka, Zidan segera membawa Arga ke rumah sakit, sedangkan Danu ia menjemput Vina, kirana dan juga Putri di markas mereka.

"Anara?" Panggil sang Bunda yang baru saja tiba.

Anara memeluk sang Bunda dengan hangat, Anara menangis sejadi-jadinya di peukan Bunda.

"Arga Bun, hiks..., hiks...,"

"Sabar ya sayang, Arga pasti baik-baik saja." Ucap Bunda, mencoba menenangkan Putri nya.

"Kenapa dunia gak adil sama Nara bun?"

"Sayang, gak boleh berfikir seperti itu yah."  Gavin datang berjalan mendekat ke arah mereka. Dengan nafas yang masih tersenggal-senggal.

Kirana bediri dari duduk nya mendekat ke arah Gavin setengah berlari, lalu memeluk Gavin erat.

"Aku gak apa-apa, jangan nangis lagi yah, " Ucap Gavin, membalas pelukan kirana.

"Pamer kebucinan mulu. " Cibir Zidan.

"Iri bilang boz! " Ucap Danu.

Bugh! !

"Aaw! gila Nu, cewe lo tenaga nya kaya samsons. " Adu Zidan sambil mengusap lengan nya yang di pukul Vina lumayan keras.

"Lo berdua, yah, bisa-bisanya dalam situasi kaya gini masih sibuk ribut sendiri. " Kesal Vina.

"Lagian lo juga Dan, udah tau cewe gue gue kaya singa kalau ngamuk. Pake ngomong aneh-aneh," Bisik Danu.

"udah berapa lama Arga di dalam?" Tanya Gavin.

"Sudah 2 jam, tapi dokter belum juga keluar, " Balas Putri.

Semuanya terduduk diam di depan ruang operasi, sedangkan Anara tetap mondar mandir, air matanya tak berhenti keluar membasahi pipi nya.

Nara cukup takut untuk kehilangan Arga, cukup dirinya kehilangan sahabat dan Ayah nya, jangan lagi dengan Arga orang yang paling Anara cintai.

"Ra, makan dulu yah, lo belum makan kan?" Tanya Gavin.

"Gak, gue gak bisa makan kalau Arga juga gak makan." Balas Anara.

Kirana menggenggam tangan Gavin erat, Kirana menggelengkan kepalanya memberi isyarat kalau Anara tidak bisa di paksa, Gavin pun mengerti maksud Kirana.

"Aku cape banget," Keluh Danu.

"Sini, tiduran di sini," Ujar Vina, sambil menepuk pahanya,
Danu pun merebahkan kepalanya di pangkuan Vina. Danu menatap wajah sang kekasih dari bawah, cantik. Itu yang Danu lihat dari wajah Vina. Biarpun terkadang terlihat tegas dan galak, tapi percayalah Vina benar-benar sempurna di mata Danu.

"Sayang, kamu janji yah, jangan lelah mencintai ku." Ucap Danu lembut, tangannya terulur untuk mengelus pipi Vina yang menggemaskan menurut Danu.

"Kamu ngomong apa sih, gak jelas banget."

"Aku sayang dan cinta banget sama kamu Vina." Imbuh Danu.

"Vina juga sayang dan cinta banget sama kamu Danuartha Putra." Balas Vina yang kini juga menatap mata Danu.

"Kamu cape 'kan? tidur dulu, nanti kalau dokter keluar aku bangunin kamu yah." Ucap Vina.

Danu pun mengangguk lalu memeluk pinggang kecil Vina, dengan wajah Danu yang menempel di perut Vina, tak butuh waktu lama Danu sudah berada di alam mimpi.

ARGANARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang