TIGA PULUH SATU

93 37 2
                                    

 Cinta itu datang karena pertemuan
  Namun cinta bisa saja pergi karena ke kecewa an
  Meski pun cinta itu buta, tapi cinta tahu arah jalan pulang ke orang yang tepat

              _ZIDAN MARCELO_

                HAPPY READING

//puncak

Putri masih terduduk diam di balkon kamar villa, Putri merasa dunia se akan tak adil pada hidup nya, dulu dirinya adalah; anak yang sangat penurut pada orang tua nya, semua ke inginan orang tua nya selalu Putri turuti. Namun kenapa? pada saat Putri meminta sesuatu untuk hidup nya seakan mereka tuli. Selama putri tumbuh di keluarga nya, ia merasa sangat tertekan, Mamah nya yang menuntuk Putri harus ini dan itu. Papah nya yang mengharuskan Putri menjadi unggulan, yang mengharuskan Putri agar bisa sempurna dalam segala bidang. Bukankah manusia tidak ada yang sempurna, lalu kenapa di mata orang tua gadis ini seolah anak nya harus terlihat sempurna di mata orang-orang.

Tangis Putri semakin menjadi mengingat betapa keras nya ia berjuang agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

"Apa aku anakmu Mah, Pah?" Ucap Putri.

Tok tok tok

"Neng Putri, makan dulu yah?" Tanya si mbok.

"Neng. Buka dulu pintunya, bibi boleh masuk yah? Neng baik-baik saja 'kan? " Tanya mbok lagi dengan nada Sunda nya yang kental.

Zidan dan yang lainnya sudah sampai di depan pintu vila, namun sesaat kemudian mata Kirana membelalak saat melihat seseorang yang tengah berdiri di atas pembatas balkon.

"ASTAGHFIRULLAH!!" teriak Kirana histeris.

Mereka yang hendak masuk ke dalam vila pun panik mendekat ke arah kirana.

"Kenapa sayang? " Tanya Gavin.

"Li-lihat it-itu" Ucap kirana, terbata-bata sambil menunjuk ke arah Putri yang sedang berdiri di atas pembatas balkon.

"ASTAGHFIRULLAH! " ucap mereka serempak, kecuali kirana yang masih syok.

Zidan tersadar dari keterkejutan nya, ia berlari secepat mungkin masuk ke dalam vila lalu di ikuti yang lainnya.

Saat mereka sampai di depan pintu kamar Putri, terlihat pembantu yang menjaga vila kirana dengan wajah yang panik.

"Neng kira, kunaon ie teh, neng Putri gak keluar-keluar dari kamar nya."

"Dobrak aja pintunya. " Ucap kirana. Zidan mengangguk lalu memdobrak pintu kamar tersebut. Mereka lari mendekati Putri yang sudah berdiri di ambang pembatas balkon, saat Zidan akan mendekat ke arah Putri, langsung di tahan oleh Gavin.

"Jangan gegabah Dan, ini masalah serius. Tahan emosi lo," Ucap Gavin berusaha mengingat kan Zidan.

Karena Gavin sangat tahu, kalau Zidan tidak bisa berpikir jernih dan mengontrol emosi nya saat sedang panik.

"Aku aja yang bujuk," Usul kirana.

Mereka menengok ke arah kirana se olah bertanya apa kamu bisa? Kirana mengangguk menyakinkan mereka.

Akhirnya Kirana melangkah pelan menuju ke arah Putri, ia manaiki pembatas tembok yang sama di samping Putri. Kirana sekilas melirik ke arah putri lalu tersenyum.

"Lo  tahu gak? dunia ini kejam bukan."

"Maka dari itu, gue selalu meluangkan rasa sakit gue dengan karya yang luar biasa,"

Kirana terkekeh pelan, mengingat betapa bodoh nya ia dulu, yang selalu melukai dirinya sendiri.

"Lo beruntung, bisa di perhati'in lebih oleh kedua orang tua lo, lo tau gak? gue tu, iri sama lo."

"Gue banyak uang, gue bisa beli apa saja yang gue mau. Tapi gue gak punya kasih sayang dari kedua orang tua gue, gue juga sama kaya lo Put, tapi gue sadar apa dengan cara gue mati mereka akan sadar? jawaban nya tidak. Kalau pun mereka akan sadar juga percuma, toh, gue nya juga udah mati, lo tahu? Kita ini lebih dari teman, kita ini saudara. Tidak ada yang berbeda di antara kami," Ucap Kirana, menceritakan kisah hidup nya yang lebih menyedihkan di banding dirinya. Putri menoleh menelisik wajah kirana yang kini sedang memejamkan matanya.

Air mata Putri semakin deras, benar. Apa kata kirana, walaupun dirinya merasa tak bahagia hadir di tengah-tengah keluarga, tapi ia masih punya teman dan sahabat yang care akan hidup nya.

"Terimakasih lo udah mau jadi bagian keluarga dalam hidup gue," Tanya Putri.

Kirana membuka matanya melirik ke arah Putri lalu tersenyum, Kirana turun lalu mengulurkan tangan nya, mengajak Putri turun.

"Gue mau jadi keluarga lo tapi lo harus janji jangan mengulangi lagi kesalahan yang sama seperti ini. Lo juga harus janji, lo harus bahagia dan ceria lagi, seperti Putri yang bue kenal," Ucap Kirana.

Putri tersenyum, yang tadinya tangis kesedihan kini berubah menjadi tangis haru. Putri menyambut uluran tangan Kirana, Putri pun turun lalu memeluk erat tubuh Kirana.

Zidan dan yang lainnya masih berdiri mematung, mereka kagum dengan apa yang baru saja mereka lihat.

Anara dan Vina yang sedari tadi menangis melihat kedua sahabatnya yang luar biasa dengan permasalahan hidup mereka masing-masing.

Anara dan Vina ikut memeluk tubuh putri dan Kirana bersama'an "gue sayang kalian, " Ucap Anara.

Zidan terduduk lemas di sofa kamar Putri, Zidan masih mengatur deru nafas nya yang sempat tak beraturan karena panik.

Arga tersenyum lalu ikut duduk di samping Zidan, tangan kanannya menepuk pundak Zidan yang menunduk dan menyangga kepala nya dengan kedua tangan yang bertumpu di paha nya.

"Lo beruntung bisa di cintai sama wanita kuat, " Ujar Arga.

Gavin ikut duduk di sebelah kiri Zidan lalu ikut tersenyum "bukan cuma Zidan, tapi kita. Kita beruntung bisa memiliki wanita-wanita hebat seperti mereka, " Imbuh Gavin.

"Gue jauh lebih beruntung, karena bukan cuma memiliki wanita hebat seperti Vina, tapi gue punya sahabat yang solid yang selalu ada dan mau menerima gue apa adanya. " Ujar Danu.

Bahagia tidak harus dengan orang-orang yang sudah melahirkan kita.
Tapi bahagia bisa dengan siapa saja, asal hati kita tulus menerima nya.

           ____DANUARTHA PUTRA____

           ____DANUARTHA PUTRA____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   

ARGANARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang