24.Problem

120 14 3
                                    

"Sar!!! Bukain pintu cepet!!!" teriak Denis dari luar, dia membopong Ara.

"Iya kak!" jawab Sarah dari dalam rumah.

"Astaghfirullah Ara! Ini kenapa kak?" tanya Sarah kaget.

Denis langsung membawa Ara ke kamarnya.

"Temenin Ara dulu, kakak mau bikinin bubur sama kompres." ucap nya pada Sarah yang saat itu ada di sampingnya.

Wajah Denis terlihat sangat cemas.

"Iya kak."

Denis berlari ke arah dapur dan segera membuat bubur.

Sambil menunggu bubur matang, Denis membuat kompres terlebih dahulu.

"Kak sebenarnya ada apa sih?" tanya Sarah khawatir.

"Ara egois sar, dia tetep mau nungguin Aska di halte bis depan sekolah. Sampe akhirnya kehujanan terus jadi gini." ucap Denis sambil memeras handuk yang berisi air lalu meletakkannya pada dahi Ara.

"Kok bisa? Kakak emang ngga ngajakin Ara pulang?" tanya Sarah.

"Udah ra, kakak udah ngomong berkali-kali ke Ara. Tapi Ara nya ngga mau pulang, dia tetep kekeh nungguin Aska."

"Terus Aska nya dateng?"

"Iya dia dateng, tapi Ara udah terlanjur pingsan. Yaudah kakak bawa aja kesini."

"Kakak mau bikin bubur dulu, nanti kalo Ara udah sadar terus kakak lagi di dapur. Tolong ambilin minum ya?" ujar Denis.

"Iya kak."

Sarah belum pernah melihat kakak nya se khawatir ini pada perempuan lain selain dirinya.

"Ra, cepet sadar ya." ujar Sarah sambil menyelimuti tubuh Ara.

***

Aska pulang ke rumah eyang dan oma nya.

"Astaga Aska! Kamu kenapa basah-basahan gini!" ujar oma khawatir.

Aska tersenyum ke arah oma nya.

"Ngga papa oma, tadi hujan diluar." jawab Aska.

"Kamu kan bawa mobil, mana mungkin kehujanan."

"Mobil Aska ketinggalan di sekolahan oma."

"Kok bisa?"

"Lupa hehehe."

Oma menghela nafas. "Yasudah mandi sana, oma buatkan bubur ya."

"Ngga usah oma Aska ngga papa kok."

"Udah Aska, oma ngga mau ya kamu sakit."

Aska mengangguk sambil tersenyum. "Makasih oma udah perhatian ke Aska."

"Makasih oma udah bikin Aska ngrasain ini semua, walau oma bukan ibu kandung Aska."

"Dan juga bukan nenek kandung Aska, maaf oma. Aska ngga bisa cerita sekarang." batin Aska menatap oma nya.

Oma memegang bahu kiri Aska sambil berkata. "Aska, seburuk apapun orang tuamu. Mereka adalah orang tua kandung kamu, ibu yang udah ngelahirin kamu, ayah yang udah mendidik kamu dari kecil, mereka tetep orang tuamu nak. Hargai mereka."

"Mereka bukan orang tua kandungku nek, mereka cuma iblis yang sudah membunuh kedua orang tuaku." batin Aska.

Aska hanya bisa mengangguk lalu tersenyum.

***

Adit sedang duduk di depan jendela kamarnya, menatap rintik-rintik hujan yang turun dari langit sambil memegang mug gelas bergambar potret dirinya dan Sarah, kekasihnya.

Diary ASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang