34.Adit,aku belum siap. Please...

70 14 1
                                    

"Melupakan seseorang yang kita cintai bukanlah perkara yang mudah seperti kita membalik sebuah telapak tangan."

*

Setelah puas bermain di pantai dan mall, akhirnya Sarah dan Adit memutuskan untuk berkunjung ke rumah baru Ara. Letaknya cukup jauh, hingga Adit kehabisan bensin hingga mereka harus mendorongnya.

"Maaf ya udah bikin kamu jalan kaki karna motorku mogok." ucap Adit tak tega.

"Telfon bang Denis aja, dia suruh kesini jemput kamu." lanjutnya.

Sarah menggeleng. "Ngga mau, aku seneng jalan kaki berdua sama kamu."

"Kan cape sar." ucap Adit.

"Ngga Adit, aku seneng kok."

"Hm yaudah terserah kamu, kalo cape bilang ya nanti kita istirahat."

Sarah tersenyum sambil mengangguk.

"Kaki gue sakit banget." batin Adit.

Wajah Adit menunjukkan ekspresi kesakitan, akan tetapi ia bisa menyembunyikan sakit itu dari Sarah dengan terus tersenyum.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai di pom bensin.

"Dit aku ke indomaret dulu ya mau beli minum." ujar Sarah.

"Iya, nih uangnya." ucap Adit sambil menyerahkan uang sejumlah dua puluh ribu rupiah.

"Ngga usah ini aku ada uang kok, kamu kan belum kerja. Tabung uang itu buat masa depan, lagian aku jalan sama kamu juga ngga ngarepin kamu bayarin aku."

"Aku bisa bayar sendiri." lanjutnya.

Adit menghela nafas. "O-okey."

"Beruntungnya gue dapet cewe kaya Sarah." batin Adit.

***

Denis sedang berada di rumah Ara yang baru karna di beritahu Sarah.

"Sarah kok lama banget ya?" gumam Denis.

"Mungkin jalanan macet." ujar Ara.

Denis mengangguk.

"Ra gue mau nanya deh."

"Nanya apa?"

"Lo ngga papa pindah kesini? Em maksud gue lo bisa ngapus kenangan-kenangan yang lo lalui sama Aska di rumah lama lo?"

Ara menghela nafas. "Ya mau gimana lagi nis? Banyak kenangan indah dirumah itu. Dari mulai halaman rumah, teras, ruang tamu."

"Setiap pagi Aska selalu jemput gue dan nganterin gue, dia selalu duduk di teras nungguin gue sarapan, dia selalu ngobrol sama bunda atau kak Rara di ruang tamu." lanjutnya.

Tiba-tiba Sarah datang.

"Assalamualaikum." ucap Sarah dan Adit secara bersamaan.

"Walaikumsalam." jawab Ara.

"Kenapa lama banget sar?" tanya Denis.

"Tadi mo-"

Ketika Adit ingin menjawab pertanyaan Denis tiba-tiba Sarah menyeka nya.

"Macet kak!" ucap Sarah.

"I-iya kak macet." ucap Adit mengikuti Sarah.

"Yaudah kalian duduk." tawar Ara. "Gue mau manggil bunda dulu."

Diary ASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang