48.Indonesia,i'm comeback

102 9 3
                                    

Setelah beberapa minggu menetap di Korea, Aska pulang ke Indonesia. Dia juga memiliki perusahaan sendiri di Indonesia, perusahaan yang diberikan oleh eyang nya sebagai hadiah ulang tahun satu tahun lalu.

Selama di Korea, dia bertemu dan bersilahturahmi ke kediaman keluarga Hwang. Keluarga kandungnya, dia juga bertemu dengan kedua kakek neneknya.

Aska juga menghadiri pelantikan CEO baru di perusahaan Heejin, sekarang Aska lah CEO nya sekaligus pemilik perusahaan Penthouse itu. Gibran juga banyak membantunya.

Namun dia belum sempat ke Amerika untuk mengunjungi ayah Daniel, dia melilih ke Indonesia untuk menemui ibunya terlebih dahulu. Aska akan mencoba mendekati Ara lagi, namun jika Ara belum menerimanya juga. Aska akan menatap di Amerika dan tinggal bersama keluarga Rodriguez.

***

Dia sudah tiba di bandara, Aska melakukan penerbangan sendirian tanpa Gibran. Sesampainya di depan bandara.

Sesampainya diluar bandara, Aska menghirup nafas dalam-dalam.

"Waktunya awal baru dimulai." gumam Aska sambil menutup mata.

Aska berdo'a melipatkan tangannya, matanya masih tertutup.

"Tuhan, setelah ini saya mohon jangan ada orang yang pergi lagi dari hidup saya."

"Amin." ujar Ara tiba-tiba yang mengejutkan Aska.

Aska membuka kedua matanya.

"Ara?"

Ara tersenyum, ia langsung memeluk Aska.

"Ra, kenapa kok lo meluk gue?" tanya Aska kaget, yang dia tau Ara masih marah padanya.

"Lo ngga kangen sama gue?" gerutu kesal Ara yang masih memeluk Aska.

"Kangen lahh." Aska mengeratkan pelukannya.

Setelah selesai berpelukan, Aska menggenggam kedua tangan Ara dan menatap matanya.

"Ra, maafin gue ya." ucap Aska.

Kedua mata mereka bertemu.

Ara mengangguk. "Gue udah maafin lo kok, oh ya kak Heejin mana? Dia ngga ikut?" Ara clingak-clinguk mencari keberadaan Heejin.

Aska diam sejenak.

"Kak Heejin udah ngga ada ra." ujar Aska pelan.

"Hah? M-maksud lo meninggal?" tanya Ara syok.

Aska mengangguk.

"Astaga gue ngga nyangka banget dia meninggal secepat ini ninggalin kita, padahal kak Heejin bilang kalo dia pengen nyaksiin kita nikah." ucap Ara sedih.

Aska merangkul Ara, tangan satunya lagi menggeret koper. Mereka berjalan menuju mobil milik Aska yang di antar oleh asisten pribadi eyang nya.

"Itu semua udah takdir, awalnya sih gue juga ngga nyangka kalo kak Heejin udah pergi rasanya tuh kaya mimpi tapi inilah kenyataan." ucap Aska.

"Kenyataan yang harus gue trima dan harus gue jalani, emang berat sih tapi ya...inilah kehidupan semua orang pasti bakal meninggal." lanjutnya.

Ara tersenyum melihat Aska setegar ini, walaupun kedua orang tua dan kakaknya meningggalkan Aska, namun dirinya tetap menjadi lelaki yang bertanggung jawab.

"Gue ngga salah nrima lo kembali di kehidupan gue ka." Batin Ara.

***

Diary ASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang