BAB 02 : Di Taman Alam Surgawi

2.3K 308 34
                                    

Hanya perasaannya saja bila orang itu pernah dilihatnya di suatu tempat. Mungkin di alam surgawi?

Tidak! Tidak! Dia membuyarkan lamunan ini.

Sekalipun dia jarang berkeliaran di sekitar alam surgawi, bukan berarti dia tidak mengenali dewa yang menyamar sebagai makhluk fana. Jiwa yang terlahir suci tidak akan berbohong terhadap makhluk immortal lain, itu akan selalu dikenal sekalipun dalam bentuk apa pun.

Kecuali itu makhluk immortal yang berasal di alam neraka, maka dia tidak akan sulit meleyapkannya di kemudian hari.

Sebagai alam surgawi yang di idam-idam kan makhluk fana dengan kesenangan yang tiada tara, tidak satu pun yang bermasalah. Sekalipun dulu dia pernah mengacaukan alam surgawi dengan pengunduran dirinya.

Jika alam neraka menampakan kekuasan¸ tidak sulit untuknya mendeteksi.

Selama ini alam neraka terselubung kabut dan kegelapan malam, tidak terdeksi oleh garis takdir akan kebebasan mereka. Alam neraka adalah satu-satunya yang melampui takdir dan tidak bisa dikekang oleh buku takdir.

Jika orang itu adalah berasal dari alam neraka, maka sebagai Dewa yang memiliki tugas samping untuk memastikan makhluk fana berjalan sesuai garis takdir harus segera memusnakan orang itu bila terbukti sebagai perusak takdir.

Sudah menjadi takdir dewa untuk menghakimi makhluk immortal lain yang merusak takdir dan tataan alam makhluk fana. Dewa Sastra akan menacatat dan membuangnya ke dalam hukuman satra yang layak.

Wei YuanDao membawa mutiaranya ke sebuah pondok. Duduk di atas dipan bambu dan meletakan bermacam pernak-pernik yang terbuat dari muski, sutra, kawat perak dan bunga merah abadi.

Ketika hendak memadukan mutiara hitamnya untuk dijadikan aksesoris rambut, suara ketokan pintu membuyarkan keseriusannya. Dia sedikit melambat ketika menjawab, "Ya. Ada perlu apa?"

"Anda memanggil kami, Grandmaster?"

Wei YuanDao menghentikan gerakan membuat aksesorisnya dan menoleh ke pintu. Melihat seorang pemuda tampan dan lembut, berdiri anggun di balik pintu, dia menggelengkan kepala, "Saya tidak mengenal anda."

Pemuda itu tercengang untuk pertama kalinya berbicara dengan Grandmaster Dewa Kematian ini. Dia sangat yakin ketika mendengar suara bisikan dari Tuan Wei YuanDao ini untuk memintanya datang terkait masalah dari seseorang yang mencurigakan.

"Tetapi... Anda yang memanggil kami yang mulia. Kaisar Dewa Agung mengatakan bila Grandmaster Dewa Kematian berbicara, tolong dipatuhi."

Mendengar pemuda itu menyebut Kaisar Dewa Agung, Wei YuanDao mendesah. Ini mungkin terjadi sebelumnya ketika dia keluar dari aula lelangan dan merasakan kecurigaan seseorang yang dikawatirkan pengusik buku takdir.

Dia kembali menggerakan tangannya untuk menyelesaikan aksesoris mutiaranya, tidak peduli dengan tamu yang barangkali seorang dewa sastra muda tidak lebih berumur seratus tahun.

Melihatnya yang mengabaikan, Dewa Yuan merasakan lututnya lemas. Oh! Kaisar Dewa yang agung kenapa anda mengirim saya kepada Grandmaster Dewa Kematian yang menakutkan? Aku merasakan mati berdiri.

Faktanya, dewa tidak akan mati kecuali dia memutus takdir hidupnya sendiri. Hak istimewa dewa adalah hidup abadi tanpa bisa dibunuh.

"Grandmaster... apakah anda butuh bantuan kami?" Suaranya mencicit kecil. Dia masih di depan pintu ketika melihat Grandmaster Dewa Kematian sibuk dengan aksesoris mutiara merahnya.

Sempat terpikir olehnya mungkin saja Grandmaster Dewa Kematian memiliki kekasih di alam fana dan memberikan hadiah ulang tahun atau semacamnya. Sebelumnya memang sering mendengar bila Dewa Kematian yang mengerikan itu akan terlihat cantik sekalipun di balik topeng darahnya.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang