BAB 41 : Perubahan (1)

644 120 18
                                    

Suaranya agak serak, ciri khas orang bangun tidur. Ketika Grandmaster mendengar suara itu, dia bergumam menyesal, "Maafkan aku... apa kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan sebelum pergi untuk tidak menungguku tanpa istirahat.."

".... Grandmaster."

Sekalipun menuruti kata-kata itu, Kaisar Dewa Sastra tetap tidak bisa tidur. Apa yang berkelana dalam kepalanya adalah di mana Grandmaster sekarang? Apa keadaannya baik-baik saja? Apakah sudah makan? Atau sudah beristirahat?

Semua pertanyaan itu selalu menganiayanya dan membuatnya sulit tidur.

Sekarang Grandmaster menanyakannya, semua yang berlalu itu membuatnya semakin menyembunyikan wajah dan memeluk Grandmaster makin erat.

Grandmaster mengurai rambutnya yang terjalin, menyisir perlahan, itu salahnya membuat sosok ini menderita. Untuk kedepannya dia berjanji akan melakukan segalanya agar sosok ini tidak menderita sejauh ini.

Tetapi selanjutnya, merasakan perutnya menggerutu dan tidak sabar setelah di abaikan sepanjang hari.

Saat Kaisar Dewa Sastra mendengar itu, dia tanpa sadar mundur dan sekali lagi melihat wajah Grandmaster, dia bergumam kaget, lalu memalikan wajahnya, ".... Maaf."

Ha ha.

Tawa lembut masih tertinggal di bibir Grandmaster saat memasang topeng tipis di wajahnya dan dia bangun perlahan, "Ketika kita menikah, kau akan melihatnya sesuka mu."

Menikah?

Kaisar Dewa Sastra tidak dapat menahan bibirnya yang perlahan meringkuk, mendengarnya saja seakan menerbangkan ribuan kelopak bunga, memenuhi ruang di hatinya.

Grandmaster sudah berulang kali mengatakannya, bagaimana tidak dia akan melambung tinggi?

"Kita akan makan di mana?"

Saat melihat ke sumber suara, Grandmaster telah merapikan jubahnya dan topeng merah ringan di wajahnya, sosok itu menunggunya duduk di pinggir ranjang.

Untuk itu, dia bangun dan merapikan pakaiannya, memegang jari-jari Grandmaster ketika menariknya masuk ke dalam aray, "Di istana Grandamster alam fana. Kita akan masak."

"Aku setuju. Kau berencana masak apa? Klon ku berbicara mengatakan Ratu Dewi Air mengirim ikan-ikan segar hari ini, kau mau memasaknya?"

"Hm. Dimasak seperti apa?"

"Terserah kau saja. Tetapi seperti apa rasanya manis? Aku belum pernah mencobanya. Biasanya aku merasakan manis seperti es buah, salad buah atau juice buah? Kau berencana buat seperti apa? Tetapi jika itu masakan mu, aku pasti akan memakannya."

Kaisar Dewa Sastra menundukan kepalanya, menempelkan bibirnya di pipi Grandmaster dan mengeratkan genggaman mereka ketika mereka dikirim pergi.

Muncul di halaman istana Grandmaster dan melihat pemukiman istana yang sunyi, tidak aray komunikasi, Grandmaster melepaskan jari-jari Kaisar Dewa Sastra, melangkah beberapa langkah sebelum tenggelam dengan energi merah, memancar ke langit.

Sebuah aray komunikasi perlahan-lahan terbentuk, di bawah kakinya seperti istana menara yang tinggi dan menyimpan banyak energi di dalam tanah.

Untuk membuat aray Komunikasi akan membutuhkan energi batin yang besar, Grandmaster telah meneteskan peluh dingin di pelipisnya dan matanya terpejam, ketika memadatkan energi itu dalam satu titik dan menguncinya di dalam aray.

Setiap kali informasi masuk, energi itu akan keluar sedikit demi sedikit dan mengeksrak semua informasi, menyimpannya dalam wadah memori.

Saat membuka mata, di bawah kakinya telah tertanam aray komunikasi dan terpancar kuat ke langit. Itu adalah sinyal penghubung.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang