BAB 13 : Seorang Dewi (2)

920 166 8
                                    

Tingkahnya amatlah menyenangkan saat dilihat, gayanya yang elegen dan sedikit sengau membuat nafas Kaisar Dewa Sastra tertekan, darahnya berdesir kuat.

Tetapi begaimana permintaan itu keluar dengan suara yang lembut dan menyegarkan, Kaisar Dewa Sastra memiliki telinga yang memerah dan amat panas.

Jari-jari mereka yang bertaut, membuatnya merasakan perasaan asmara yang mengalir dan menyegarkan.

Seorang Dewi!

Seorang Dewi yang cantik!

Kaisar Dewa Sastra kehilangan ketenangannya dan membalas genggaman jari-jari itu dengan menawarkan pengertian, kelembutan, dan keberkahan. Karena dia tahu akan ada sesuatu yang datang.

Maka diminta menjadi sorang dewi adalah alasan keluar dari masalah.

Tubuh Kaisar Dewa Sastra yang diliputi keberkahan Alam Surgawi itu mengibaskan angin lalu, mengirimkan butiran salju ke seluruh area.

Seakan itu adalah ratunya dunia fana, sosok Dewi berselendang biru, gaun biru muda yang menawan, hadir setelah sekejap mata.

Dewi cantik ini, mahkota cahaya berwarna perak bertahta di puncak kepalanya. Rambutnya yang hitam panjang berayun seiring lewatnya angin malam.

Tubuhnya yang ramping dan ukuran pinggang yang pas dirangkul, sangatlah menarik perhatian. Wajah oval dengan alis lembut, tetapi runcing tajam di atas sepasang mata blue sapire mengirimkan keindahan yang berlipat ganda.

Kaisar Dewa Sastra ini terlalu elok untuk menjadi seorang Dewi.

Melihat wajah yang tidak mirip dengan Kaisar Dewa Sastra itu, mengirim Wei YuanDao dengan senyuman kecil tetapi menawan. Suaranya makin melembut, "Anda sangat indah, Kaisar Dewa Sastra."

Pas suaranya jatuh, seorang Putri dan pelayan-pelayannya datang. Adegan intim mereka segera dikirim ke dalam matanya yang terbuka lebar dan kelihatan sangat syok.

Hanya melihat calon suaminya dengan perempuan lain, Putri itu merasakan keruntuhan kerajaan. Dewi itu....

Dia tidak ingin berkomentar, karena itu akan melenyapkan martabatnya sebsgai seorang Putri. Sang putri berdeham, menarik perhatian Wei YuanDao untuk menoleh.

Saat seorang Putri yang dihadirkan di belakangnya, Wei YuanDao memiliki kerutan yang halus.

Seakan yakin ini adalah seorang Putri yang tidak pernah ingin ditemuinya, Wei YuanDao tidak berniat berbicara. Dia mengabaikannya tanpa perlu membuang-buang waktu, tetapi tatapannya dialihkan pada Kaisar Dewa Sasra, "Dewiku, mari kita lihat pelepaskan lentera."

"Mari." Suara Dewi itu lembut. Bibir tipis dan merah muda itu meringkuk menjadi senyuman saat jari-jari Wei YuanDao menariknya pergi dengan lembut.

Mengabaikan yang namanya kehadiran Putri lain, Dewi asik menikmati wajah Wei YuanDao yang telah berubah menjadi cultivator muda tampan tanpa topeng, berparaskan alami dan dewasa.

Tinggi mereka berjarak jauh, nyaris sang Dewi hanya menyamai dagu Wei YuanDao dan ketika melihat wajah Wei YuanDao, dia harus mendongak. Bintang-bintang seakan bersinar di matanya ketika melihat Wei Yuandao tidak memperhatikan orang lain selain dirinya.

Dia berdeham, lalu menurunkan wajahnya untuk melihat tanah dengan rasa malu. Sepertinya perawakan sebagai seorang Dewi membuat Kaisar Dewa Sastra merasa jatuh ke peran yang sebenarnya.

Merasakan langkah berhenti dari Dewa yang membawanya pergi, Dewi mengangkat wajahnya dan melihat seorang Putri yang keras kepala menghadang jalan mereka.

Wajah Putri itu cemberut ketika membuka bibirnya, "Tuan Muda... pergilah dengan Putri ini. Saat ini, Putri bisa melakukan apa pun, bahkan sesuatu yang mustahil. Jadi, tolong tinggalkan wanita lain dan datanglah pada Putri ini..."

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang