BAB 42 : Perubahan (2)

570 109 61
                                    

Jubahnya yang disulam dengan benar langit itu perlahan berayun di belakang, mengikutinya berjalan meninggalkan perpustakaan dalam dan dia melihat Grandmaster di luar sedang menatap ke langit gelap.

Setelah apa yang terjadi di alam fana, kemudian datang ke sini, masih mengabaikannya dengan menatap ke arah lain?

Akhirnya ayunan langkah Kaisar Dewa Sastra memberat, berhenti di ambang gerbang saat dia memanggil pelan, "Grandmaster?"

Nada bicaranya tidak berat, tidak pula ringan, ekspresinya juga normal, sehingga tidak terlihat seperti dewa yang kesusahan.

Grandmaster mengalihkan perhatiannya, bergegas mendekati Kaisar Dewa Sastra untuk memegang kedua tangannya, "Kaisar Dewa Sastra, saya tidak menemukan anda di istana. Datang ke sini, karena berpikir anda sedang lembur. Maaf jika mengganggu."

Kaisar Dewa Sastra menurunkan tangan yang memegang tangannya, tatapannya dibuang jauh, "Terimakasih. Saya ingin beristirahat di syurgawi."

Ingatan di alam fana melekat di benaknya, dia tidak ingin kembali untuk mengenang ingatan itu, tinggal di alam syurgawi dia bisa melakukan banyak hal tanpa menyakiti perasaan.

Ketika Grandmaster dihantarkan jawaban dingin itu, dia berkedip di balik topengnya dan merasa agak aneh, tetapi mengingat Kaisar Dewa Sastra selalu menginap bersamanya di alam fana, wajar kalau ingin tidur di istananya sendiri.

"Baiklah." Grandmaster mengangguk, dia menukar topengnya ke topeng tipis dan mendekat hendak meninggalkan kecupan di pipinya.

Kaisar Dewa Sastra menduga dia akan melakukan sesuatu, dia dengan murung mundur, memalingkan matanya ke arah lain, Grandmaster hanya menangkap udara kosong.

"......" Grandmaster dengan rumit menatapnya, setelah kelelahan sehari dan lembur bekerja sampai larut malam, menemukan Kaisar Dewa Sastra juga lembur, dia bisa mengerti pihak lain sangat lelah, "Kalau begitu, sampai jumpa."

Dia melambaikan tangannya dan dengan tenang turun ke alam fana, seolah dia merasa lega setelah melihat Kaisar Dewa Sastra baik-baik saja.

"Grandmaster...."

Kaisar Dewa Sastra dengan muram melihatnya pergi, sempat terpikir jika Grandmaster akan memaksanya turun, berbicara tentang apa yang terjadi beberapa bulan terakhir, kenapa selalu pergi di awal siang dan pulang larut malam?

Lautan jiwanya yang membeku, mengeras seolah tidak pernah bisa dicairkan. Tekanan salju yang turun makin lebat, dia dengan enggan berbelok ke arah istananya.

Dia berbaring di satu sisi ranjang dengan menghadap ke sisi lain, tidak ada siapa pun selain dia sendiri, keterbiasaan dia tidur bersama Grandmaster membuat dia canggung tidur sendiri.

Saat bangunnya di pagi hari menyaksikan salju turun makin lebat, menutupi cahaya, dia bersegera memasang pakaian luarnya dan turun ke alam untuk melanjutkan penyelidikan.

Dia melewati gerbang istana Grandmaster saat sore, tidak menemukan alasan apa pun untuk singgah, langkahnya berayun meninggalkan gerbang itu, terus melakukan penyelidikan.

Hanya setelah melihat pemandangan yang sama pernah menenggalamkan capung dalam matanya lagi, dia berbalik badan untuk menyelidiki daerah lain.

Sedikit lagi dia tinggal, akan merasakan hatinya hancur seperti debu yang diterbangkan angin, dia berulang kali melonggarkan dadanya yang sesak, sekuat tenaga mendinginkan matanya yang panas.

Jika itu terjadi, dia mungkin akan disalahkan bila menenggelamkan alam fana dengn salju!

Dia menyelidiki fanomena ini berhari-hari, mengisi lembaran demi lembaran. Dari sekian ribu lembar yang dia tulis, tidak satu pun lembaran berisi penyelesaian.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang