BAB 44 : Pernikahan Berdarah (2)

682 115 19
                                    

"Sudah, Grandmaster." Dewi Qing menjawab. Kaisar Dewa Sastra juga menunjukan pencolokan yang tinggi, membuat mata-mata iri akan pernikahan ini.

Apalagi nanti setelah Grandmaster memasuki aula, semua mata itu akan menatapnya dengan rasa iri yang tidak tertahankan.

Seorang Grandmaster sebenarnya adalah Dewa yang terlalu cantik, sama sekali tidak cocok dengan gelarnya yang menyandang gelar dewa kematian.

Grandmaster merenung. Jika Kaisar Dewa Sastra sudah datang, kenapa dia merasakan hatinya masih kosong? Ataukah karena masih ada pintu yang menghambat pertemuan mereka?

Kedua Dewi yang mendampinginya itu mendorong pintu dari sisi kiri dan kanan.

Bunyi krik yang panjang, perlahan menarik perhatian tamu di aula.

Melihat seorang pengantin yang berdiri di tengah pintu dengan pakaian merah darah dan terlalu indah itu, semua mata tidak berkedip.

Kemudian saat melihat seperti apa wajah pengantin itu...... hanya setengah wajah yang ditutupi topeng, tidak satu pun yang berani berkedip bahkan tidak berani menoleh.

Seolah setiap Dewa memiliki banyak waktu untuk keserupan, tidak sadar bila sosok pengantin itu telah berjalan anggun di tengah karpet merah. Lemah dan penuh dengan ke hati-hatian.

Sedikit pun tidak goyah dihadapkan ribuan Dewa-Dewi yang hadir. Apalagi menyadari bahwa setiap pemilik mata telah jatuh tidak sadarkan diri seolah raga tidak bernyawa.

Hanya seorang Kaisar Dewa Agung yang pernah melihatnya lahir dan mengamatinya sampai tumbuh besar, bisa menahan keseurupan dan menyambutnya dengan senyuman hangat, "Selamat datang. Saya ucapkan selamat di malam pernikahan anda."

Grandmaster membungkuk untuk membalas penghormatannya. Kemudian tatapannya naik, melihat Kaisar Dewa Sastra yang menantinya di mimbar pernikahan dengan seorang Dewa Pernikahan di sampingnya.

Tatapannya yang menyimpan silauan emas murni dan caranya yang elegan berdiri, mengulurkan tangan menyambut kedatangannya, membuat hatinya sejenak luluh.

Tetapi setelah menggenggam tangan itu, hatinya kembali kosong. Kulit lembut yang menyentuh kulitnya ini terasa agak aneh, sekalipun tiga bulan terakhir mereka hanya berinteraksi sedikit, tapi dia tidak pernah melupakan rasanya.

Saat mereka berdua berdiri berdampingan, menghadap Dewa Pernikahan dengan santun dan ramah, hatinya semakin kosong dan air mata seakan keluar di peluk matanya.

Perasaan ini.....

Dia mengangkat dagu, melihat Dewa Pernikahan membacakan janji suci dan mulai melantukan ikatan suci mereka dengan dedikasi.

Perasaan ini....

Jantungnya berdebar kencang, dia tidak dapat fokus, hatinya terlalu kosong dan pikirannya tidak dapat bersatu untuk merayakan pernikahan ini.

"Dengan begini, saya sebagai Dewa Pernikahan, dengan ikatan suci menikahkan Kaisar Dewa Sastra dengan ...."

Ah!

Semua tamu-tamu di aula tiba-tiba menjerit!

Menghindar ke pinggiran aula!

Kaisar Dewa Agung berdiri di atas singgasana, tidak dapat menginjakan kaki di lantai mar-mar, dia menatap Grandmaster dengan tatapan tidak percaya, "Grandmaster... apa yang anda lakukan?"

Siapa yang akan percaya, pesta pernikahan terlalu indah ini menjadi tidak terduga dan menyedihkan, lantai mar-mar yang indah bercahaya dari permata berubah menjadi lautan darah!

Sebatang salip tiba-tiba berdiri di tengah aula! Dengan logam mengerikan yang terbuat sama dengan gerbang alam roh, itu berasap dan tertancap paku dan rantai runcing mengalung seperti ular.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang