BAB 35 : Alam Neraka (2)

688 134 8
                                    

Alam fana, di istana Grandmaster.

Kaisar Dewa Sastra berdiri di lobi luar istana, menatap salju yang turun kian dingin. Sudah menjelang pagi, tetapi Grandmaster belum ada tanda-tanda akan muncul.

Apa dia sedang kesulitan?

Kelopak mata Kaisar Dewa Sastra tidak berkedip, selalu mengamati salju yang turun, hanya saja apa yang dilihatnya tampak tidak bermakna.

Kemudian tatapannya beralih dan berkedip, ada hawa surgawi datang di gerbang istana. Biasanya hawa seperti ini kehadiran pengunjung dari alam surgawi.

Dikarenakan Grandmaster tidak di sini, Kaisar keluar dari lobi. Menuruni tangga dan melihat seorang Dewa Perang berada di depan pintu gerbang.

"Salam Kaisar Dewa Sastra." Dewa Jingyi membungkuk. Setelah melihat Kaisar Dewa Sastra membalas salamnya, perlahan menjelaskan kabar yang dibawanya.

Sebelumnya, ketika Kaisar Dewa perang mendatangi tempat yang ditunjukan Ratu Dewi Air, menemukan bekas energi Yin besar dan sebuah aray pembalik Yin dan Yang tersebar dengan lingkaran besar.

Tidak ada mayat yang ditinggalkan, hanya menemukan bekas darah di dedaunan kering dan sebuah gelang cantik yang biasa dipakai oleh Grandmaster tertinggal di atas batu.

Hal-hal itu membuktikan telah terjadi pertempuran antara mereka.

Ketika Kaisar Dewa Sastra melihat gelang itu, letusan khawatir menyebar dalam matanya, tidak salah lagi ini adalah gelang yang diberikannya pada Grandmaster dan Grandmaster berjanji tidak akan melepaskannya lagi.

Jika ini sengaja ditinggalkan di atas batu, itu artinya Grandmaster sengaja meninggalkan lagi.

Kaisar Dewa Sastra merasakan hatinya remuk! Apa artinya Grandmaster mengingkari janjinya?

Itu artinya juga, apa semua yang dikatakan Grandmaster palsu?

Tatapannya meredup, menatap Dewa Jingyi dengan tidak percaya, "Lalu.. di mana Grandmaster sekarang?"

Dewa Jingyi menggaruk-garuk pelipisnya, berpaling. Itu pertanyaan yang sedang diselidi Kasiar Dewa Perang dan dia datang ke sini untuk mengabarkan masalah itu, bahwa mereka belum menemukan keberadaan Grandmaster dan menyimpulkan bahwa Grandmaster dibawa ke alam neraka.

Saat Kaisar Dewa Sastra mendengar ini, penantian sepanjang malam adalah karena Grandmaster tidak akan kembali cepat.

Menatap pada gelang itu dan mendengar penjelasan ini, semua sekelilingnya menjadi hampa. Di alam neraka ada seorang Putri yang terobsesi dengan Grandmaster dan melakukan segala cara agar Grandmaster mau menerimanya.

Terkait penyerangan ini, barang kali berdasarkan kemauan sang Putri.

"Di mana Kaisar Dewa Perang?

Dewa Jingyi berpaling, menatap pada Kaisar, "Masih di wilayah perbatasan. Apa Kaisar Dewa Sastra akan ikut?"

"Hm."

Itu wilayah yang dibicarakan Ratu Dewi Air, tempat netral yang bersebelahan dengan wilayah gelap terlarang.

Ketika Kaisar Dewa Sastra sampai di sana, ada seberapa perkemahan di bangun berdekatan. Di bawah perkemahan dibangun lingkaran aray pelindung dan seorang Kaisar Dewa perang duduk di salah satu bangku, sedang membaca sebuah gulungan.

Saat melihat kedatangan Kaisar Dewa Sastra, tangannya terbuka untuk mempersilakan tamu duduk di bangku lain dan meletakan gulungannya, "Tentang Grandmaster, kami menyesal tidak bisa membantunya tepat waktu. Kaisar Dewa Sastra, apa anda telah melihat peninggalan Grandmaster?"

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang