BAB 18 : Kecantikan Membawa Bencana (1)

1K 151 6
                                    

Rasanya terlalu mengejutkan, sampai Kaisar Dewa Sastra ingin berangkak ke laut alam fana dan menelan banyak air sekaligus. Saat melihat Wei YuanDao memakan daging berwarna merah itu seolah tidak merasakan apa pun, jadi dia berusaha mengunyah dan menelan, lalu mencubit daging lain tanpa ekspresi.

Dia tidak sadar bila bibirnya amatlah merah, terasa hangat. Ketika Wei YuanDao tanpa sengaja melihat itu, dia bertanya dengan bingung, "Apa itu pedas?"

Kaisar Dewa Sastra tidak mampu menjawabnya, dia hanya menyembunyikan suaranya dengan memakan daging bakar lagi. Pedasnya yang berlebihan itu perlahan mengusik kerongkongannya dan kunyahannya berhenti, dia tidak dapat lagi berbohong bahwa itu amatlah pedas.

Ha ha.

Wei YuanDao tertawa pelan. Melihat betapa keras kepalanya Kaisar Dewa Sastra tidak mau mengaku pedas, setumpuk polong teratai dia keluarkan dari penyimpanan kantong bumi dan menaruhnya perlahan. Kata-kata selanjutnya terdengar menghibur, "Ratu Dewi Air memberi saya banyak polong teratai. Polong-polong ini dapat membantu meredakan tenggorokan anda yang panas."

Dia mengupas satu untuknya, menunjukan pada Kaisar Dewa Sastra bagaimana cara memakan polong teratai itu dan memakannya, saat itu dia masih melihat Kaisar Dewa Sastra yang keras kepala, tidak menyentuh polongnya.

"Kaisar Dewa Sastra?"

Kaisar Dewa Sastra akhirnya menelan kunyahan terakhirnya dengan keras dan bergumam Mn ketika mengambil sebatang polong teratai, lalu mengeluarkan bijinya. Perlahan biji yang dia kunyah itu menebarkan rasa manis dan rasa pedas sebelumnya perlahan-lahan memudar.

Hebat!

Makanan dari dunia fana ini disulam dengan rasa yang hebat.

Setelah makan, mereka turun ke alam fana dan membuka gulungannya. Gulungan yang tidak mencapai panjang puisi cinta Dewa Jingyi itu memperlihatkan tinta emas.

Goresan tinta emas itu hanya beberapa garis. Bibir Wei YuanDao bergetar begitu membaca barisan pertama, "Kecantikan membawa bencana."

Seakan ada keraguan dari apa yang dibacanya, Wei YuanDao membuka gulungan lebih panjang. Kata-kata berikutnya membuatnya terdiam.

Bisa menjadi kehancuran atau menyelamatkan.

Di tanah timur sebelah laut kerajaan Qing He Nie, tuan muda Nie dianugrahkan kecantikan.

Di umurnya yang ke enam belas tahun, lamaran terus datang dari segala daratan. Tetapi tidak satu pun yang menarik hati dan semuanya ditolak di kurun waktu semalam.

Karena kecantikan itulah mendatangan kehancuran. Tuan muda Nie dikabarkan menghilang dan kerajaannya nyaris tidak bersisa dalam semalam.

Seorang kepala cultivator yang berbakat menyusun strategi dan pewaris kerajaan Nie selanjutnya menjadi asal mula kehancuran itu.

Penduduk yang tersisa menyebutnya dengan Kecantikan membawa bencana.

Awalnya dia pikir membawa gulungan puisi cinta lagi, tetapi begitu menyelesaikan kalimat terakhir, dapat memahami bahwa itu adalah kasus langka tentang kencantikan yang membawa bencana.

Kaisar Dewa Sastra tidak mendengarnya berbicara dan hanya mengamati isi gulungan itu dalam diam, dia mendekat ke sisinya. Dari arah samping membacanya perlahan dan merenungkan setelahnya.

"Jika ini berhubungan antara makhluk fana dengan makhluk fana lainnya, Kaisar Dewa Agung tidak akan melibatkan dewa untuk mengurusnya, karena itu bukan tugas Dewa."

Sudah jelas ini berhubungan dengan alam lain dan merusak buku takdir dari tataan keempat alam.

Menggulung kembali gulungannya dan memberikannya pada Kaisar Dewa Sastra, Wei YuanDao berbicara, "Apa yang Anda pikirkan?"

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang