BAB 43 : Pernikahan Berdarah (1)

724 104 22
                                    

Selain kedua pasang telinga yang menjadi inti pertemuan ini, pihak lain segera dilapisi dengan keheningan, kebekukan serta rasa tidak percaya.

Apa ini Grandmaster yang tidak peduli dengan dewa lain?

Datang ke alam surgawi dan memohon pernikahan secara terang-terangan?

Tidak heran begitu banyak gosip tentang mereka berdua dan menyebar ke setiap sudut istana alam surgawi, menjadi bahan yang menyenangkan untuk dibicarakan.

Langit malam yang berbintang, udara dingin dari salju yang dihasilkan, serta lentera-lentera di setiap tiang gerbang alam surgawi, sudah cukup membuat suasana ini menjadi hal yang baru.

Keindahan di depan gerbang, seorang yang berbicara dengan senyuman yang lembut, Kaisar Dewa Sastra berusaha menekan perasaannya dan berjalan mendekat sebelum dia menekan Grandmaster di tiang lentera, menciumnya untuk waktu yang lama.

Setelah menarik diri, dia berbicara perlahan, nyaris tidak terdengar, 'Malam ini, mari kita menikah dan ke mana pun aku dan kau pergi, di mana pun aku dan kau berada, mari kita selalu bersama. Tidak ada kesalahpahaman di antara kita lagi.'

'Grandamster, menikahlah denganku.'

Grandmaster dengan perlahan mengangguk tetapi dipenuhi rasa percaya diri, dia tidak bisa menahan diri untuk menanamkan ciuman yang lebih dalam.

Setelah menghabiskan waktu yang lama bersandar di tiang lentera, merasakan bibirnya juga bengkak dan tidak tertolong seandainya membiarkan Kaisar Dewa Sastra lebih lama seperti ini.

Dia menarik Kaisar Dewa Sastra ke istana yang telah lama ditinggalkannya, mendudukannya di atas ranjang ketika dia berlutut di depannya, sambil menyerahkan sebuah kado.

Itu yang kado yang sama, yang sebelumnya nyaris tidak ingin dilihatnya lagi. Tetapi kado ini, dan sosok yang duduk ini¸ bibirnya tidak pernah berhenti melengkung, mengungkapkan kebahagian, "Kaisar Dewa Sastra... kau akan menikah denganku. Tolong ya pakai yang ini?"

"....Ya." Kaisar Dewa Sastra menyapu pipinya sebelum memindahkan kado itu ke pangkuannya. Dia juga tampak dipenuhi aura surgawi dan tidak dapat melenyapkan rasa suka di wajahnya.

Grandmaster mengeluarkan aksesoris cantik untuk hiasan rambut dan beberapa aksesoris lainnya sebagai pelengkap pakaian, kemudian meletakan itu di atas kado.

Dia memegang pundak Kaisar Dewa Sastra ketika menatap matanya sungguh-sungguh, "Tentang kesalahpahaman apa yang kita miliki dan kesalahan apa yang mendekati kita, lupakan itu dulu, setelah menikah mari kita menyelesaikannya, mengerti?"

"Hm."

"Kemudian, jangan kabur lagi, meninggalkanku tanpa alasan dan pernyataan yang tidak jelas. Kau membuatku sangat khawatir dan tidak dapat tidur malam." Kemudian mengecup dahi Kaisar Dewa Sastra ketika dia akan berdiri, tersenyum lebih lembut dari yang pernah dia perlihatkan.

Jika dengan menikah dulu bisa menyelesaikan segalanya, maka akan melakukan itu dan mencari dalang siapa yang berani menyebarkan banyak permusuhan antara mereka.

Tatapannya turun, melihat kelopak mata Kaisar Dewa Sastra yang bengkak dan masih merah. Dia mengulurkan tangannya dan mencium kedua pasang mata itu, "Maafkan aku, setelah menikah, aku berjanji ini tidak akan pernah terjadi denganmu."

Melihat dari betapa bengkak dan merahnya mata itu, sudah pasti bukan permasalahan yang sepele lagi. Jika tidak! Kaisar Dewa Sastra tidak akan tertipu untuk kedua kalinya.

Jadi... dia juga membelai pipi Kaisar Dewa Sastra ketika berbicara perlahan, "Aku akan mempersiapkan aula pernikahan, kemudian berbicara dengan Kaisar Dewa Agung dan meminta tolong pada Ratu Dewi Air untuk menyampaikan undangan. Kemudian mengundang Dewa Pernikahan untuk menyatukan kita..."

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang