BAB 22 : Alam Roh (1)

763 141 10
                                    

Dage!

Wei YuanDao berkedip. Tetapi tidak menghiraukan itu, dia segera masuk masuk ke istana, menemukan tetua cultivator itu bersimbah darah dan tidak bisa bangkit.

Melihat siapa yang datang, mata tetua itu berkedip, "Tolong... Tuan, tolong selamatkan alatnya."

Wei YuanDao tidak mengatakan apa-apa. Dia menuju ke kamar pangeran tanpa panik.

Segera pakaian brokat merah abadi dan topeng merah darah menutupi wajahnya. Di tangannya memegang sabit hitam, berkilau, dan terlalu tajam sekedar menepis anginnya.

Ketika tetua cultivator melihat itu, senyuman pahit tampak di bibirnya, pantas saja cultivator itu bisa memperkirakan waktu kematian, bila sebenarnya Dewa Kematian yang ditakutkan tiga alam.

Makhluk alam fana menyebutnya dengan, Wei Wuxian! Leluhur Dewa Kematian yang legendaris.

Tidak salah auranya terlalu dingin, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan pemuda yang menghancurkan istana ini.

Tetapi mengingat Dewa Kematian mau membantu kerajaan ini, Tetua itu merasa mati dengan perasaan damai dan tidak punya penyelasan.

Wei YuanDao memasuki kamar tidur pangeran, menemukan kepakan besar di belakang dinding kamarnya.

Ketika dia sampai di sana, segerombolan orang berpakaian kuning keemasan melingkari sebuah kolam hitam.

Di tengah-tengahnya diletakan sebuah batu besar, diselimuti warna merah darah. Tetapi Wei YuanDao yakin itu bukanlah darah tetapi energi batin yang dipancarkan oleh pedang yang terletak di atasnya.

Ketika merasakan seseorang mendekat, pemimpin gerombolan itu menoleh, seketika melihat siapa yang datang, senyuman lebar tampak darinya, "Anda di sini? Apa Anda ingin bergabung untuk memikirkan bagaimana caranya melepaskan pedang ini dari mantra pengikatnya?"

Jika saja Wei YuanDao tidak punya topeng, senyuman pahit tampak darinya.

Kehinaan yang dilemparkan orang ini membuatnya semakin dingin dan gelap, "Dalam buku takdir, alam neraka tidak diizinkan ikut campur urusan alam fana! Enyahlah! Maka alam surgawi akan mentolerasi setelah kalian meninggalkan konpensasi."

Setelah menyelidiki orang ini bersama Kaisar Dewa Sastra sebelumnya, dia bisa menilai makhluk dari alam neraka dari beberapa titik. Tidak sulit mengenal orang ini adalah yang pernah ditemuinya berkali-kali.

"Meninggalkan konpensasi." Orang itu tampak tertawa, "Kami bisa saja! Tetapi syaratnya anda pergi bersama kami dan menjadi bagian dari kami."

Pergi bersama makhluk neraka ini!

Jangan berpikir!

Wei YuanDao menggerakan ujung jarinya, darah segera menyembur di pangkal leher salah seorang bawahan orang itu. Dia menarik sabit hitamnya, "Saya sudah berbicara. Anda tinggal memilih! Karena alam fana bukanlah otoritas alam neraka!"

Itu benar! Alam fana adalah otoritas alam surgawi.

Jika orang ini tidak memilih apa yang dikatakannya, maka jika tetap tinggal adalah bersiap untuk dimusnahkan!

Melihat salah seorang bawahannya mati di depan mata, mata orang itu menjadi gelap, tetapi dia masih tertawa, "Benar ternyata! Dewa Kematian memang cocok dengan gelar anda. Sangat mudah mengambil nyawa. Haha."

Dia melihat pedang tua yang tersegel di atas batu itu dan menoleh ke bawahannya, "Ayo pergi."

Ketika melewati Grandmaster Dewa Kematian. Suaranya pahit, "Kita pasti dihubungkan dengan takdir."

Secepatnya mereka menghilang dalam lingkaran kabut yang menutupi tubuh mereka.

Tetua yang melihat itu merangkak ke arah Wei YunDao, beribu rasa terimakasih di ungkapkan melalui matanya, "Tuan... sekali lagi saya merepotkan anda. Tolong simpan alatnya sampai Patriarch Yiling mengambilnya kembali."

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang