BAB 25 : Laporan

793 147 41
                                    

"Baiklah baik. Itu memang tidak lucu. Tetapi...." Wei YuanDao menoleh sedikit, merasakan angin berhembus membawa embun pagi yang menyegarkan, rambut Kaisar Dewa Sastra menari-nari di depan wajahnya dan membuat penglihatannya tertutupi.

Di balik topeng darahnya, Wei YuanDao tersenyum dan mengambil tangannya dari pinggang Kaisar Dewa Sastra, membawanya untuk menutupi mata Kaisar, "Sebentar saja, tolongan jangan melihat."

Kaisar Dewa Sastra, "....."

Atas keterdiamannya, Wei YuanDao melafazkan mantra dan topeng yang menutupi wajahnya segera digantikan dengan topeng lain.

Topeng dengan warna masih sama, merah darah, tetapi coraknya lebih lembut dan tidak menutupi seluruh wajahnya, hanya dari garis hidung sampai batas alis.

Ketika tangannya diturunkan dari menutupi mata Kaisar Dewa Sastra, segera memberikan pemandangan yang menakjubkan.

Dahinya yang kosong terlihat polos dan halus. Sepasang bibirnya yang tipis, agak kemerahan dan sedang melengkung. Pipinya halus dan berisi, tampak terlalu menyenangkan untuk dilihat.

Kaisar Dewa Sastra jatuh keserupan dan tidak mampu berkedip!

Bahkan wajahnya yang seakan dipahat oleh tangan-tangan keindahan itu bisa menebaknya bahwa makhluk di depannya memiliki kecantikan seorang Dewi.

Bahkan lebih, seandainya bisa melihat seluruhnya.

Menilai bahwa Grandmaster Dewa kematian ini adalah seorang Dewa Kecantikan, sama sekali tidak cocok dengan tugas mengerikan yang di embannya.

"Bukakah dengan begini Kaisar Dewa Sastra tidak akan melihat saya seperti hantu lagi?"

"...." Kaisar Dewa Sastra belum merespon. Untuk dapat melihatnya seperti ini, dia melupakan kejadian yang dialaminya selama di alam roh dan semakin menekan Grandmaster di batang pohon ketika dia perlahan merunduk.

Sepasang tubuh mereka dihadirkan kehangatan di balik lapisan pakaian masing-masing, mengirim rasa yang aneh. Untuk melihat sebagian wajah Grandmaster itu, membuatnya tidak bisa menahan diri dan isi dadanya seakan memburu keluar, menunjukan kekacauannya.

"Hei! Kenapa semakin menyesak? Kau kenapa? Jika kau tidak bisa pergi dengan saya, tolong tolak saja, bukan menyesak." Perlahan bibir Wei YunDao berkerut, seolah sedang cemberut.

Tangan mereka yang terjalin perlahan dilepaskan, dia tampak menghindari Kaisar Dewa Sastra dan hendak pergi.

"Grandmaster..."

"Wei Wuxian, itu namaku, kenapa kau tidak memanggilku dengan nama itu saja?" Grandmaster berhenti.

Merasakan pakaiannya dipegang Kaisar Dewa Sastra, dia menoleh dan ada sedikit senyuman di bibirnya, "Saat kita berdua, panggil aku Wei Wuxian, bukan Grandmaster, mengerti?"

Karena Wei YuanDao adalah nama samaran yang dipakainya di dunia fana dan itu tidak lebih dari omong kosong yang tidak mendasar.

Semenjak pertemuan di taman alam surgawi itu, dia merasa cukup dekat dengan Kaisar Dewa Sastra dan setelah hidup lebih dari dua ribu tahun, tidak salah memiliki seorang teman untuk berbicara banyak hal.

Kaisar Dewa Sastra mengangguk, "Mengerti. Lan Wangji, panggil aku juga seperti itu, Grandmas.... Wei Wuxian."

Ha ha ha.

Wei Wuxian berbalik, mencubit pipi Lan Wangji dengan sengaja, "Kau sangat tampan, Lan Wangji."

Kaisar Dewa Sastra, "....."

Entah kenapa Kaisar Dewa Sastra seakan melihat seorang ssengaja menggodanya terang-terangan dan tidak ingin bertanggung jawab seandainya mendapatkan karma dari godaan itu.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang