BAB 15 : Puisi Cinta (2)

855 160 8
                                    

Ritme lingkaran Aray bergerak perlahan, membentuk dirinya dengan gerakan lamban. Saat lingkaran aray itu telah sempurna dan Wei YuanDao masih melihat Kaisar Dewa Sastra tidak merespon, maka Wei YuanDao mengulurkan tangannya seperti yang dilakukannya terakhir lagi.

Kaisar Dewa Sastra menatap tangan pucat yang sedang terulur itu, merah muda di pangkal alisnya bersemi lebih terang. Tangan itu benar-benar di genggamnya ketika membenamkan rasa malunya di bawah aray saat mereka meninggalkan alam fana.

Selepas kepergian mereka, alam yang sempat mati, perlahan dihidupkan kembali dan manusia yang sempat mematung, kembali melakukan aktifitasnya.

"Sialan! Dia bahkan bisa menghentikan waktu. Yang Mulia Pangeran tidak mengatakan cultivator itu sangat hebat. Kita tertipu," Salah seorang bebaju hitam dengan pedang di pinggangnya menatap rekan kerjanya dengan ekspresi marah.

"Yang Mulia Pangeran mengatakan untuk berhati-hati. Bukankah itu membuktikan mereka cukup berbahaya?" Rekan lainnya membantah.

Sebelumnya, Pangeran Xue memerintahkan mereka untuk menyelidiki siapa pelacur yang bersama orang yang disukai Putri mereka. Bahkan dengan tindakan menghentikan waktu, dia tidak dapat mendengar apa pun. Pada akhirnya malah ditinggalkan dengan amat menyedihkan.

Orang-orang tersebut meninggalkan lokasi setelah tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka.

Di alam surgawi, Kaisar Dewa Sastra terus memegang tangan Wei YuanDao, menyeretnya masuk ke istana Dewa Sastra.

Selendang Dewi-nya berkibar-kibar di belakang, menutupi pandangan Wei YuanDao. Aroma yang dikirim dari selendang itu, membuat Wei YuanDao berhenti bernafas sejenak sebelum berbicara, "Kaisar Dewa Sastra, kenapa Anda membawa Saya ke istana Anda?"

"Untuk membuktikan Saya tidak mengirim Anda Puisi Cinta." Kaisar Dewa Sastra menjawabnya sembari mendorong gerbang istana. Karena ini sudah terlalu larut malam, jadi tidak terniat membangunkan penjaga yang tertidur pulas di luar gerbang dan dia hanya bisa melakukannya sendiri.

Puisi cinta?

Gulung yang dibakar sebelumnya?

Jadi itu-

Ha ha ha.

Wei YuanDao dengan lembut menahan tawanya. Kenapa harus membuktikan bila kenyataannya sudah terbukti bahwa Kaisar Dewa Sastra memang menggoda Grandmaster Dewa Kematian?

"Hei, Kaisar Dewa Sastra! Anda tidak perlu repot mancari bukti, karena saya tidak mempermasalahkannya. Jika Anda benar-benar mencintai Saya, tolong lepaskan tangan Saya..."

Krack!

Dum! Dum! Dum!

Dum! Dum.

Grandmaster Dewa Kematian tertegun melihat apa yang terjadi dengan Kaisar Dewa Sastra

Dahi seorang Kaisar Dewa Sastra itu memerah. Setelah kepalanya menghantam dinding lemari kaca, buku-buku yang tersusun rapi di raknya tiba-tiba berjatuhan dan menimpa kepalanya.

Kaisar Dewa Sastra seakan melihat bintang-bintang yang berkelap-kelip di depan mata dan membuatnya bingung dan lemah.

Di tubuh seorang Dewi, fisiknya ternyata agak rentan dan kurang bertenaga, sampai-sampai Wei YuanDao menahan lengannya dari ke olengan dan bertanya, "Kaisar Dewa Sastra, Anda baik-baik saja?"

Kaisar Dewa Sastra melepaskan tangan Wei YuanDao setelah membetulkan berdirinya dan perkataannya terdengar pahit, "Humor Anda sangat jelek."

Wei YuanDao berseru 'eh'. Setelah menyadari perkataannya amatlah vulgar, dia merasa sungkan. Segera dia memperbaiki mimik wajah dan suaranya serius, "Anda meninggalkan gulungan yang asli?"

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang