BAB 26 : Salju di Musim Gugur (1)

811 141 24
                                    

Suaranya rendah dan terdengar segau, Kaisar Dewa Sastra yang mendengarkan itu menggenggam jemarinya, menariknya berdiri, "Ayo cari makan."

Grandmaster tertawa, dia dengan lemah berdiri sehingga Kaisar Dewa Sastra bisa memegang pinggangnya dan senyuman melekar di bibirnya atas keberhasilannya.

Sekumpulan alat tulis atau meja dan bangku barusan segera lenyap saat Kaisar Dewa Sastra menjentikan jarinya. Aray yang sebelumnya tidak sempat mengirim mereka segera mengirim mereka ke alam surgawi.

Wei YuanDao melepas tautan jari mereka dan topeng darahnya telah berganti dengan topeng menutup sepenuh wajah.

Setelah menyelesaikan makan siang dan menulis laporan dua kasus, Wei YuanDao beristirahat di istana pribadi Dewa Kematian sepanjang malam.

Saat bangunnya, dia memeriksa teratai hitam, mengganti air teratai merah serta membuat perhiasan baru untuk rambutnya.

Saat memeriksa pernak-pernik untuk perhiasannya, dia kehilangan bunga kuntum awan dan turun ke alam fana untuk mendapatkan yang baru.

Setelah menyiramnya dengan air abadi, bunga itu selalu segar dan tidak pernah layu.

Warna cerahnya sedana dengan langit berawan dan kelopak bunganya yang berliuk-liuk seumpama untain awan yang sedang hidup.

Dia duduk di sisi jendela, merakit pernak-pernik satu dengan yang lainnya. Ketika hendak menyelesaikan dengan memasang bunga kuntum awam, sabit hitamnya bergetar.

Perhiasan yang belum jadi itu ditaruhnya di atas meja, dia turun ke alam fana setelah singgah di pohon langit.

Masih terlalu pagi, tetapi sudah kacau di aula lelangan yang pernah dia singgahi belum lama ini.

Ketika dia masuk, seorang menawarkan katalog lelangan padanya. Saat dia duduk dan membuka katalog, bola mata kelabunya menggelap.

Dia mengangkat dagu, melihat ke atas panggung, seorang pembawa acara berdiri di podium, di sisinya sebuah kandang besi terbuat dari baja dan telah dimantrai dengan jiwa, di dalamnya terkurung seorang Iblis.

Mata Grandmaster menyipit, di sekelilingnya adalah manusia dengan status yang berbeda-beda, bersorak menaikan harga untuk seorang iblis yang terlihat seperti manusia hina.

Berdesir!

Grandmaster melihat sekeliling.

Aura yang pernah dikenalnya di suatu tempat hadir di sini. Dia yakin aura itu berasal dari makhluk dari alam neraka, tetapi bukan pemuda yang pernah ditemui terakhir kali. Melainkan....

Seorang Putri hadir di tengah-tengah peserta lelang, pelayannya berteriak menaikan harga, melawan harga yang ditawarkan seorang pangeran dari kerajaan LangLing Jin.

Seorang pemuda yang diyakini adalah kakak dari gadis itu duduk di sisinya, menatap sinis ke arah iblis.

Karena ada perdagangan iblis di lelangan ini, sepasang alis Grandmaster tampak bertaut dan lelangan ini sepertinya telah berhubungan dengan iblis.

Dari awal sampai akhir lelangan, dia hanya mengamati dan tidak peduli.

Iblis itu telah dimenangkan oleh Putri dan dia pasti membawanya ke alam neraka, tidak mencari keributan, jadi dia tidak terniat berurusan dengan mereka.

Namun...

Apa yang membuat sabitnya bergetar?

Jika itu bukan makhluk yang ingin dimusnakannya, lalu siapa?

Pergelangan tangan kirinya terasa dingin. Melihat itu adalah gelang giok pemberian Kaisar Dewa Sastra memancarkan hawa dingin, lagi-lagi dia menyipit.

[End] Ancestral God of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang